Beberapa hari ini aku tak melanjutkan menulis kisah-kisah tentangmu. Tidak menulis cerita dua puluh lima hari tanpamu,dua puluh enam hari tanpamu. karena kurasa luka itu tak perlu dihitung-hitung dan ratapanku tentangmu tak perlu lagi aku umbar-umbar meskipun kalau boleh jujur-- aku sangat tersiksa. Kamu tak akan tahu sakitnya ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya, mungkin sosok keras kepala sepertimu hanya akan mempercayai apa yang kaupikir benar dan kaupikir aku tak pernah terluka karena sikapmu. Kamu salah besar, lukaku sudah cukup dalam, dan luka ini akan jadi tabungan karmamu. Kamu tinggal menunggu waktu, saat ada seorang laki-laki lain memberimu sakit hati yang sama, seperti kamu dengan mudahnya membuangku seperti sampah.
Aku cukup berada di sini. Jadi penonton dari jauh dan tinggal menunggu waktu, siapa yang akhirnya tertawa lebih lepas dan lebih keras. Aku tidak akan mengotori tanganku dengan melakukan balas dendam, karena aku tahu balasan dari Tuhan akan jauh lebih menyadarkanmu kelak. Air mataku cukup sampai di sini, tangisku harus reda sekarang, dan izinkan aku memulai hidupku yang baru tanpa jeratan darimu.
Selama ini kamu mengurungku dalam hubungan yang aku pikir cinta. Kamu sangat tahu bahwa aku bisa sangat baik pada wanita yang aku cintai, lalu kamu memanfaatkan semua agar aku bisa jadi bonekamu yang paling setia. Kamu lakukan apapun yang diinginkan laki-laki agar aku merasa kamu pun juga turut jatuh cinta. Aku membuka mata dan pada akhirnya aku tahu semua palsu semata.