empat hari yang lalu adalah tanggal jadian kita, tanggal dua puluh. Aku tahu bahwa tujuh tahun kebersamaan kita tidak akan pernah jadi bagian yang harus dirayakan. Malam ini aku langsung mengarahkan sepeda motorku menuju rumahmu. Pukul satu dini hari, suara sepeda motor ku ternyata tidak membuatmu seketika berada di depan pagar rumah. Ah, padahal dulu kamulah gadis yang selalu aku jumpai di depan pagar rumah ketika baru beberapa detik aku mematikan mesin sepeda motorku. Kamulah gadis yang paling hapal suara sepeda motorku.
Aku sangat tahu bahwa kamu tidak akan membaca ini, begitupun aku segera tahu bahwa kamu tak akan peduli pada pria yang merokok di dekat rumahmu, entah menunggu siapa, entah menanti apa. Beberapa menit setelah tiga batang rokok habis, ternyata gadis yang aku rindukan berbulan-bulan itu tidak kunjung muncul di depan pagar rumah. Aku memutuskan pergi dengan perasaan hampa.
Aku tidak tahu, menjelang subuh seperti ini, entah mengapa jalanan terasa lebih dingin, mungkinkah ini karena hatiku kembali patah berkali-kali? Tak bisa kupahami, mengapa setiap mengingatmu, rasa bersalah itu kembali merasuki. Ingin rasanya aku memutar ulang kejadian beberapa bulan yang lalu, saat kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita. Harusnya, kau tidak melakukan itu semua dan emosi sesaat itu bisa kau pendam senormal mungkin.
Nyatanya, aku kalah. Mungkin, gadis baik sepertimu tidak pantas berada di tangan penjahat sepertiku. Dan, aku biarkan kamu pergi tanpa tahu alasan dan penjelasan darimu. Aku pun juga pergi tanpa mengemis penjelasan dan alasan darimu. Mengapa kautidak meminta, setidaknya bertanya? Memberi aku waktu untuk menjelaskan segalanya ataukah mungkin kamu sudah mulai merasakan bahwa kejadian seperti kemarin pada akhirnya akan terjadi, sehingga kamu tidak kaget, dan tidak butuh waktu lama untuk melupakanku? Kalau kauingin tahu, hal paling dingin di dunia ini bukanlah salju, tapi ketika aku merasa dilupakan oleh sosok yang sebenarnya aku cintai, namun dengan sangat terpaksa harus aku lepaskan. Ya, kamu tidak akan memahami ini semua, aku saja tidak mampu memahami keputusanku, apalagi kamu.