Wanitaku

Muhammad Fathan NP
Chapter #1

Ikhlasku

Sabtu, 12 September 2020.

Pukul 4 dini hari aku terbangun dari tidurku, entah mengapa aku tidak bisa untuk tidak mengganggumu. Mengganggu hidupmu yang mungkin sudah bahagia tanpa adanya aku. Mungkin sudah mendapatkan yang baru. Atau sudah mulai fokus pada skripsimu. Apapun itu aku tidak tahu. Aku sudah tidak tahu lagi tentangmu, terhitung 1 bulan yang lalu saat kamu memutuskan pergi, mengakhiri kisah manis kita yang sudah berjalan 8 tahun. Entah aku yang salah tidak bisa memberikan alasan, atau memang dirimu lah yang menginginkan ini sejak lama. Yang pasti aku tidak melakukan apapun yang telah kau tuduhkan kepadaku.

Lagi dan lagi aku kalah, aku kalah untuk tidak memberiku pesan, pesan yang sudah tahu berupa penolakan darimu. Terhitung saat kita berpisah, aku sudah tidak tahu lagi berapa kali kau melakukan penolakan ini. Tetapi hari ini aku dengan segenap hati tidak akan mengganggu kebahagiaanmu lagi. Tapi tolong,izinkan aku yang bukan penulis ini untuk mencurahkan segala rasa yang ada dihati disini, mencoba menulis kegundahan sembari mencoba melupakanmu. Doakan saja, secepat kau melupakanku , semoga secepat itu pula aku mengikhlaskanmu.

Malam ini, di sepetak kamar kos kecilku ini, aku merenung di atas kasur yang mulai kumuh, menghisap sebatang rokok sembari mengingat kisah kita dulu. Lucu memang ketika aku mulai mengingat jawaban kegelisahanku dulu, saat kita masih bersama. Dulu aku berkata dengan keyakinan bahwa kau akan meninggalkanku, kau hanya menertawakan kecurigaanku,dan merangkul tubuhku. Aku termakan “akting” mu, begitu bodohnya aku tertipu hanya dengan pelukan hangat darimu yang se akan-akan mengisyaratkan bahwa kau tetap berada disampingku,membutuhkan cintaku, waktu ku,jujurku, dan munafik ku. Tapi sekarang apa? Untuk mendengar suaramu pun aku tidak kau izinkan. Bahkan mengirim pesan singkatpun aku hanya bisa lewat e-mail. Semua nomorku pun sudah kau blokir. Kau bilang dengan lantang, berapa kalipun aku mencoba, mengganti nomor whatsapp, tetap saja akan berakhir blokir, penolakan darimu. Sebegitu hina kah diriku sekarang dimatamu? Secepat itukah kau melupakan tentang kita? Kisah kita? Jangan itu terlalu egois, jangan tentang kita. Tapi tentang kebaikan ku! Sudah tidak ada hal baik lagi tentangku dipikiranmu?

Lihat selengkapnya