Wanitaku

Muhammad Fathan NP
Chapter #2

HUJAN

Ini hanya tentang rindu, tak usah di besar-besarkan, tak perlu juga kau tau. Untuk apa? Apakah bisa membuat kamu kembali jika mengetahuinya? Tentu tidak bukan? Saya rindu, kamu tidak. Itu masalahnya.

Ah, malam ini aku terbangun karena derasnya rintik hujan yang jatuh di atas atap kamar kontrakan ku. Aku segera meraih telephone genggam ku untuk mengabarimu. Sial, aku lupa bahwa kau sudah pergi jauh, tak akan bisa aku memberi kabar padamu lagi tentang hujan. Kata-kata yang selalu aku ucapkan kepadamu ketika hujan. “disini hujan, disana hujan ga? Kalo disini hujan berarti pesan rindu mu sudah sampai lewat hujan”. Aneh memang, tapi kata-kata ku itu selalu bisa membuatmu nyaman, membuatmu tersenyum, bahkan terasa hangat. Tapi sekarang aku merasa ada yang janggal, hujan saja memberi kabar lewat mendungnya. Bagaimana denganmu rindu? Adakah kabar untukku? Apakah aku harus terus membohongi hati di atas puisi? Berpura-pura kuat bersandar pada hati yang hampir tandus. Berbahagialah diriku, kau manusia bukan malaikat!

Mungkin kalau kita sudah mendoakannya, namun pada akhirnya dia meninggalkan kita. Mungkin itu adalah sebait doa “jauhkanlah hamba dari yang jahat”. Tapi aku tidak membenarkan sebait doa itu, karena bagiku kau sangat sempurna. Atau memang doa mu yang sudah di ijabah? Sehingga akulah seseorang yang jahat itu? Ya, biarkan aku saja, jangan kamu. Biarlah hal-hal buruk saja yang ada padaku, karena aku telah mencintai seseorang yang bagiku sangat sempurna, untuk aku yang se”jahat” ini. Sesuai kata-katamu bukan? Aku yang belum tentu lulus kuliah tidak cocok denganmu yang sudah hampir menyelesaikan skripsinya. Lucu memang jika membandingkan cinta dengan hal sedemikian, tapi seperti itulah kata-kata yang terlontar dari mulut mu. Baiklah, biar aku yang memilih pergi. Salah, bukan aku yang memilih pergi. Aku tak pernah memilih pergi, kau lah yang membuatku pergi. Mendiamkanku saat mencintaimu, mengabaikanku saat merindukanmu. Karena bagiku tak pernah sedikitpun terbesit melupakan saat ku di dalam rindu, hingga rindu dan melupakan jaraknya hanya setipis benang.

Lihat selengkapnya