Wanitaku

karlina s
Chapter #2

Menikahlah Denganku!

Mobil Ardan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota yang ramai. Kota yang tidak pernah mati, yang beroperasi selama dua puluh empat jam.

Ana hanya diam tidak mau bicara, bahkan mengacuhkan Ardan yang dari tadi berusaha mengajaknya untuk bicara.

Ana dibuat terkejut saat mobil Ardan berhenti di parkiran taman hiburan. Dia menatap Ardan dengan tatapan menuntut penjelasan.

"Aku tahu aku tampan, jangan melihatku seperti ini, Sayang!" Ardan masih saja percaya diri dan tidak malu dengan apa yang dia katakan.

Bicara dengan kamu aku pasti tidak akan pernah menang. Aku menyesal telah mengenal makhluk luar angkasa seperti kamu. Ana hanya membantin, dia tidak berani mengatakan dengan suara lepas kepada Ardan.

Ardan turun terlebih dahulu berjalan memutari mobil untuk membukakan pintu Ana. Namun, Ana sudah lebih dulu turun sebelum Ardan sampai di pintu sebelah.

"Kenapa kita ke sini? Kamu bilang mau mengajakku pulang, kan?" Ana terlihat protes dengan Ardan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan terlihat jelas raut kesal di wajah cantiknya.

Ardan menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan sebelum menjawab pertanyaan Ana. Setelah dirasa cukup. Ardan duduk di bagian depan mobil dan segera menjawab pertanyaan gadis yang sudah lama dia incar untuk menjadi bagian penting dalam dirinya.

"Sayang, kamu pasti tahu aku selalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku tidak pernah libur dan hanya bisa istirahat tidak lebih dari tiga jam." Ardan menatap langit malam yang cerah dengan banyak bintang yang bertaburan di sana.

"Apa hubunganya dengan pertanyaan aku tadi?" tanya Ana yang tidak butuh penjelasan panjang lebar dari Ardan.

Sejenak mata indah dan tegas milik Ardan mengalihkan perhatian dari langit ke wajah wanita yang duduk di samping dirinya.

"Sudah lama aku ingin ke sini. Dan aku selalu tidak punya teman dan waktu. Karena hari ini ada kamu, aku sengaja ke sini karena aku tahu kamu mau menemani aku." Ardan berbicara dengan santai. Namun, perkataan dia salah besar karena Ana tidak mau pergi ke taman hiburan dengan dirinya.

"Kapan aku bilang mau?" tanya Ana dengan kesal. Ingin sekali dia memukul wajah tampan Ardan yang tersenyum manis kepadanya saat ini.

Ardan mengacak rambut Ana dan membuat Ana berdecak kesal sambil menepis tanya Ardan yang dengan jail ingin kembali membuat rambutanya acak-acakan.

"Jangan mengacak rambutku! Itu akan membuat aku berantakan." Ana mendelik tajam menatap Ardan. Tatapan kekesalalan dan kebencian yang dia pendam.

"Ayo ikut aku ke sana!" Ardan menunjuk sebuah kursi yang terletak di tengah taman dan menggandeng tangan Ana berjalan bersama ke sana.

Ana berkali-kali memukul tangan Ardan dan sesekali mencubit tangan kekar milik Ardan. Ana berharap Ardan akan melepaskan tangannya. Namun, Ana salah karena Ardan malah semakin mengeratkan genggamannya.

Lihat selengkapnya