Oca akhirnya sampai dirumah setelah diantar Bara. Pikirannya dari tadi melayang pada punggung pria lainnya yang berjalan bersama Lara Prita di restauran itu. Kalau Bara tidak membawanya dengan segera, mungkin setidaknya Dia bisa melihat punggung itu.
Bara sudah pulang lagi, ketika Oca membuka pintu rumah dan bergegas menuju tangga kekamarnya. “Oi!” Panggil Esa. “Heum?!” Gumam Oca, cukup kencang. Ah! Dia hampir lupa, Adiknya yang menjadi dalang dari pertemuan kemarin, kini ada didepannya. “Hei Sa!” Oca tak jadi menaiki tangga dan menghampiri Esa di sofa ruang tamu. Adiknya itu sibuk dengan Smartphone, sepertinya Dia sedang menikmati permainan Mobile Legend (terlihat dari layar Smartphonenya).
“Kamu yang buat rencana aneh kemarin kan? Ayo ngaku kamu?!” Oca bertolak pinggang. Ya, inilah saatnya Dia meminta adiknya untuk tidak ikut campur urusannya. “Aku? Siapa yang bilang?” tanyanya tanpa melihat Kakaknya itu. “Karen! Jawab Oca. “Ohhh. Gimana? Berhasil enggak?” tantang Esa, sambil tetap memainkan game online itu.
“Kamu tuh ya. Jangan ikut campur lagi urusan Kakak!”
“Setidaknya Kak Bara itu ganteng dan baik, jangan di sia-siain, rugi” Itu jawaban adiknya barusan.
“Mau baik ato engga, itu urusan Kakak, Kamu dibayar berapa ma Mama?”
“Kenapa? Kakak mau bayar Aku lebih?”
“Hemhh!” Oca mendengus, pasti Esa akan minta uang lebih dari yang dtawarkan Mama. “Lainkali kalau Mama seperti itu bilang dulu sama Kakak, kakak akan berikan tiga kali lipat dari bayaran mama!”
“Waah….” Esa tidak percaya Kakaknya. “Oohw, Kamu engga percaya, yaudah, Aku bilangin Sasya kalau kamu tukang palak, dan-“
"Hah?! Apa hubungannya ama Sasya?” Esa menghentikan Oca. Karena Sasya adalah Gadis rumah sebelah yang ditaksir adiknya, dan Esa sedang PDKT dengan anak sma itu. “Ada dooonk!” Balas Oca. Esa menghentikan permainan Gamenya dan berdiri. “Jangan bawa-bawa Sasya kesini! Trus, Kaka juga jangan lari dari kenyataan dong! Kakak itu tomboi! udah bagus dapat Tunangan juga! Pake gamau di jodohin, kan mama yang pusing!” Esa bertolak pinggang.
"Issshh, ni anak.. Kakak bilang gausah ikut campur kan! Itu urusan Kakak!" Oca juga jadi naik pitam.
"Eh, eh, eeh. Ada apa ini..?" tiba-tiba Mama datang dari arah ruang makan menghampiri Oca dan Esa. Oca jadi terdiam mengingat Mama juga yang menjadi otak dari persekongkolan itu. "Enggak. Aku mau naik aja" Oca meninggalkan Esa dan mengambil langkah cepat menuju tangga. "Tarik lagi ucapan Kakak!" Tukas Esa.
"Eh Ca! Tunggu dulu.. Pertemuan dengan Kakeknya Bara lancar kan? "Mama seakan tak peduli dengan reaksi Oca. Oca berhenti dipertengahan tangga dan menghadap Mamanya dibawah. "Kenapa Mama tahu?" tanyanya.
"Ma.. Masa Mama gak tahu.. Ibu Rieke kan nelpon Mama" jawab Mama yang tidak melihat kearah Oca. Ini sudah pasti persekongkolan Ibu-ibu yang membujuk Bara membawanya kerumah.
"Oh.. gitu" Oca berbalik lagi hendak naik keatas. Mengingat apa yang terjadi pada Eyang Bara, Oca takut ditanya macam-macam sama Mama. "Eh. Ehh... Mama mau nanya kemana Kamu kemarin? Kenapa gak tidur dirumah?" tanya Mama lagi, menghentikan langkah Oca. "Nginep di rumah Karen" jawab Oca, sambil menaiki tangga.
"Bara yang nganter Kamu barusan? Kamu habis makan diluar sama Bara? Bara memperlakukanmu dengan lembut kan?" tanya Mama bertubi-tubi. Terlihat sekali Mama ingin membuat Oca berpikir Bara itu baik, dan layak jadi calon suami. "Iya, iya, iya...!" Daripada berpanjang lebar, Dia cukup dengan mengiyakan jawaban Mama. "Lainkali jangan tolak Bara lagi.., kamu harus coba rukun-rukun sama Dia" tukas Mama.
"Ya, ya, ya... Baik banget!" jawab Oca lagi yang segera terburu-buru mencapai pintu kamarnya.
"Tuhkan apa Mama bilang" Sahut Mama.
Clek! cklek! Oca membuka pintu kamarnya. Melempar tasnya kekasur, terakhir Dia merebahkan badannya disamping tasnya itu. "Heeuhuhh" Capek. Hari ini, tidak seperti biasa baginya. Pagi hari mendapat kesempatan, hati hancur seketika, dan sorenya bertemu keluarga tunangan.
Ini benar-benar hari yang lain dari yang lain. Dan lagi, Dia masih akan bertemu Bara dalam waktu dekat ini. "Enggak... Gue gak boleh ngejauh lagi, yang penting Gue tahu siapa tuh cewek.." Gumamnya pada diri sendiri. "Oh, benar. Karen" Oca kembali duduk diatas tempat tidurnya. Dan mencari Smartphonenya. "Waw...." Pesan WA bahkan telpon ternyata dilakukan Karen dari tadi. Dia tidak sadar karena menyetel getar Smartphonenya. Sebaiknya Dia berbicara pada Karen tentang apa yang terjadi.
Tapi.., tidak deh.
Oca berubah pikiran lagi. Dia tak mungkin meminta saran sementara Karen tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi, tentang masalalu itu. "Ga deh!" Oca berhenti dan hanya memandang telpon genggamnya itu. Tiba-tiba saja Smartphone itu bergetar, "E busyet kaget!" Oca terkaget. "Duhhh... ngagetin aja" Gerutu Oca. Klik. Oca langsung mengangkat telponnya. "Halo"
"Caaaaa! Napa gak angkat telpon!" Gerutu Karen.
"Duh, keras banget" Oca menjauhkan telpon dari telinganya.
"Hei, ada hal romantis yang terjadi gak?" goda Karen.
"Romaaann...tis?" Oca benar-benar tak suka praduga temannya itu
"Wew. Bagi kisah doong!" Karen tampaknya percaya ada hal romantis yang terjadi. "Kisah...? heuhh, hampir aja gue buat masalah!" Umpat Oca mengelus dada. "Masalah?" tanya Karen. "Heumm" imbuh Oca. "Gue hampir buat Kakeknya Bara anfal.."
"Hah? Gimana-gimana?"
"Ya.. tadi hampir aja terjadi sesuatu dirumahnya Bara."
"Jadi Lo tadi diajak kerumah Bara?"
"Heu umm" jawab Oca.
"Wuiih, udah diajak kerumah lagi?Tumben seorang Oca ga nolak? Lo berubah pikiran?"
"Bukanlah..!"
"Hahh, yang jelas setelah ini Gue tetap ketemu ma tu cowok" Oca mendesah diakhir.
"Hiihihi..."
"Apa ketawa?"
"Hahahaahahhhaa!" Karen terbahak-bahak.