War of Love

Dian hastarina
Chapter #20

Dua Anak Manusia dan Kambing Hitam #20

Cklek!

Silvi Rania dan Isac saling menghela napas lega setelah menutup pintu menyesakkan itu. Meskipun mereka yang punya pesta, mau tak mau, mereka harus mengantar ketiga orang itu, padahal mereka sedang ditunggu undangan lainnya. “Mas, kok nggak tahu sih Lara Prita datang?" tanya Silvi Rania, Dia juga cukup kaget karena sebelumnya Isac menyuruhnya tidak mengirim undangan pada Aktris itu. Isac menggeleng, "Bara yang mengatakan gak usah. Lara itu lagi naik daun, sebisa mungkin bara menghindari gosip..”

“Tapi bagaimanapun kan kalian kenalannya” timpal Silvi. “Harusnya mas Setuju aja dulu waktu itu.."

Melihat istrinya sewot, pria berkacamata itu lalu merangkul lengan sang Istri. “Iya..mas salah.." 

Bibir cemberut Silvi membuatnya semakin ingin tersenyum. “Udah ah, jangan cemberut. Jangan biarin mereka ngerusak hari kita.” pungkas Isac. Ya, cukup sampai disini saja pertolongannya pada sahabatnya itu. Selanjutnya dia akan menyerahkan pada Bara.

Cup!

Isac mengecup kening istrinya. "Oke, Ayo kita kembali.." dia kemudian membawa istrinya berjalan.

"Yaudah.."

"Duuh..., gasabar nanti malam"

"Apa sih?" Silvi malu-malu dan rona mukanya merah. "Hayu ah balik" ucapnya kemudian, yang dibalas terkekeh oleh sang suami.

*** 

Hampa berselimutkan tekanan.

Judul ini cocok menggambarkan suasana yang sedang Oca hadapi, diantara sepasang anak manusia yang belum mau saling membuka mulut itu. Baik. Kutunggu. Tapi sampai kapan? Dan bodohnya, kenapa tadi Dia tak ikut kedua pengantin itu? Melihat mereka saling mengintimidasi melalui tatapan intens itu, Oca tahu ada sesuatu yang khusus, yang bukan urusannya untuk ikut campur. Mencoba mencairkan suasana pun rasanya akan berakhir konyol. Mereka tidak dalam mood untuk mencair.

Apa Dia pergi saja?

Oca melumat bibir tipisnya. Kesabarannya mulai tak sinkron dengan waktu, dan Dia menyerah. "Kalau kalian tak keberatan, Aku mau kelu-"

"Jangan pergi" Bara menahan lengan Oca, membuatnya tertahan ditempatnya.

"Oh... Jadi, kamu sudah menerima keadaan, seutuhnya?" mimik muka Lara juga tidak bercanda, lebih terlihat seperti menantang. "Ya.., jadi sudahi ikut campurmu juga" jawab Bara. "Ikut campur? Jadi selama ini Aku hanya orang luar, sementara cewek yang baru kamu temui ini, wanita yang seharusnya, gitu?"

"Lara..." Tekan Bara, wanita itu sepertinya sudah keterlaluan.

Duh. Terhimpit begini rasanya ingin menghempas diri jauh-jauh, batin Oca. Matanya menyeripit rujit, serta menggigit bibir tipisnya. Gadis yang tak tahu apa-apa dan tiba-tiba jadi kambing hitam itu rasanya ingin mengembik 'sudahlaaaaah!' namun tak bisa.

"Oh, Aku harus ngerti ya." jawab Lara, culas. Lara kemudian melihat Oca. Oca sendiri tidak dalam kondisi bisa memandangnya dengan baik. "Jangan harap Aku bisa merestui hubungan kalian" itu yang dikatakannya.

"Hm?" Gak salah dengar? Merestui apa? Memangnya sudah ada yang terjadi antara Dia dan Bara? Oca harus meluruskan sesuatu. "Tunggu, sepertinya-"

"Gausah dijelasin" potong Bara.

"Tapi"

Lihat selengkapnya