Berdebar namun tak mau menutup mata, Oca melihat penampilannya yang tak Dia sangka-sangka lewat kaca salon tempat Karen membawanya tadi. Rasanya siapa yang Dia saksikan bukanlah dirinya. Gadis yang tadinya tomboi itu memegang pipinya untuk kesekian kalinya setelah selesai didandani beberapa menit yang lalu. “Ini… Gue Ren?” Tanyanya pada Karen yang ada di belakangnya. “Lo jadi cantik kan?” dengan melipat kedua tangannya diatas pinggang, Karen juga terkagum dengan perubahan Oca.
"Ya Ampun… kalo gini sih gue percaya diri ketemu Pak Brian" sebelum pertemuan mereka dengan Klien nanti, Pak Brian pasti akan terpana duluan. Rambutnya yang memang sudah berwarna hitam keemasan diikat, dibuat cantik dengan sisa poni yang jatuh disamping masing-masing keningnya. Oca, terlihat seperti angsa putih berkilauan. Dan lagi, Karen memilihkannya gaun berwarna putih setinggi lutut dengan bagian lengan yang terbuka. Sehingga Dia terlihat tak biasa. Penampilan yang hampir tak pernah Dia perlihatkan selama dua tahun ini pasti memukau siapapun.
“Tapi, apa perlu secantik ini? Kan besok juga Gue berubah tomboi..”
“Mmm..” Karen terlihat bingung, spontan menggaruk keningnya. ”Gak apa-apa kan sesekali terlihat cantik, bilang aja Karen yang bantu!” Serunya langsung percaya diri.
“Ya sih..., demi Pak Brian”
“Lagian Gue aneh sama Lo, kenapa sih milih jadi tomboi, dulu Lo juga suka pake baju-baju cantik?” Pertanyaan itu memang layak dipertanyakan. Oca merubah penampilannya secara drastis. Mengingat setelah lulus kuliah, Dia harus bertemu lagi dengan Bara secara resmi. Jadi, perubahan ekstrim harus Dia lakukan.
Sebelum lulus kuliah, para Orangtua itu saling berupaya menjadwalkan pertemuan untuk kedua tunangan itu. Namun Oca selalu punya alasan untuk menghindar. Bahkan tidak tanggung-tanggung, Dia selalu pura-pura harus ke Rumah Sakit. Karena tak mungkin menghindar cara itu terus, Oca memutuskan berubah secara fisik saja. Dengan menjadi tomboi, Bara akan membencinya, dan akhirnya Pria penurut itu akan menentangnya.
“Mm, ya gitu deh, memang Gue ingin kok” jawab Oca, yang masih belum mau jujur.
“Hmm. Gitu lagi.. yaudah gue gakan maksa. Ohya, baju-baju Lo biar Aku yang bawa, Lo bisa ambil besok. Gue bakal taruh di mobil” Sambung Karen, seraya mengambil tas belanja yang berisi baju-baju Oca.
“Tempat itu di hotel?”
“Ya, Hotel Grand Santika” jelas Karen yang entah kenapa senyum-senyum sendiri setelah itu.
“Lo napa sih?” Melihat ekspresi Karen, jelas Gadis itu menyembunyikan sesuatu. “Engga, Gue terharu aja, Oca yang serampangan tiba-tiba jadi Syantik” ucapnya.
“Ko Gue kaya denger bualan yah” umpat Oca mempermainkan mata dan mulutnya, namun sebetulnya malu.
“Hahaha, yuk!” ajak Karen yang berjalan duluan. “Hei, kasih bocoran dong, siapa Wanita itu?” tanya Oca pada Gadis berambut pendek lurus saat mereka Mereka keluar dari pintu salon itu.
“Yang mana?” tanya Karen sambal berjalan.
"Yang nanti Gue temuin ma Pak Brian laaah"
“Oh. Mmh. Kalau Gue tahu, Gue juga pasti kasih tahu lah” jawab Karen yang akhirnya menemukan mobilnya setelah menyentuh remot kuncinya.
“Sampai harus terlihat rapih dan anggun ini. Memangnya Dia Fashionista?”
“Gak usah dipikirin, kan Pak Brian yang akan bertarung. Lo cukup terlihat percaya diri aja” sahut Karen yang berjalan dan disusul oleh Oca. Karen kemudian melihat jamnya. “Wah Kita telat nih!”