“Kenapa diam…?” tanya Bara. “…dijebak….” Oca masih berada dalam dunia kagetnya ketika Bara bertanya padanya. “Mm?” keningnya berlipat. “Gue dijebak!” Seru Oca, dengan mata melotot tanpa melihat mata Bara. “Gu, Gue mau pulang aja” gumamnya kemudian yang hampir tak melihat Bara. Oca dengan cepat berbalik menuju pintu tempat Dia masuk.
Kenapa Gue harus bertemu Bara dalam keadaan seperti ini sih? Apalagi tampil secantik ini kaya mau narik perhatiannya aja.
“Ck” Gumaman itu diakhiri dengan mendecak. Dia tidak mau memulai obrolan apapun dengan Bara. Setelah selama ini Dia berusaha menghindar, aneh rasanya bila Dia mengijinkan dirinya untuk bertemu sapa. Kalau seperti ini, Bara bisa mengira Rosalia Farina Mahardika sengaja berdandan untuknya. Tangan Oca akhirnya menggapai gagang pintu panjang yang tertutup itu. Yak!, terkunci. Sial. Kesimpulannya, pintu itu juga sengaja menjebaknya, berikut Karen yang juga sengaja-ikut- menjebaknya tadi.
Kesal.
Ckckkkckckkkckcckck! Oca mencoba membuka paksa pintu itu mulai kesal, “Ih, kenapa sih ni pintu?!” Timpal Oca. Ckckkkckckckckckc! Lagi, Dia berupaya membukanya. “Hei….” panggil Bara yang mulai jengah dengan kelakukan Oca. Oca enggan berbalik, Dia malah terus melihat kenapa pintu itu terkunci. Dan, kckckckckckckckc! mulai mencoba membukanya lagi.
“Apapun yang kamu lakukan, pintu itu tidak akan terbuka sampai ada yang membukanya….” Itu yang diucapkan Bara. Ucapannya membuat Gadis dengan gaun putih itu berbalik, menatap Bara, sementara pria itu yang tak mau memperlihatkan ekspresi apapun. Oca menghela napas kencang. “Dengar. Gue gak berniat dateng ke pertemuan ini!” tukasnya, tegas. Mendengar itu, mata Bara akhinya memandang matanya. “Sebetulnya.., ada yang jebak gue buat dating kesini. Dan asal lo tahu, Gue udah punya calon-” Kata-kata Wanita yang bertubuh langsing itu terhenti. Dia menyadari, tak seharusnya membahas Pak Brian disini. Singkat saja, Oca akan mengatakan langsung saja, bahwa Dia tak mau bertunangan!
“Begini…! Gue mau kasih tau kalau Gue gak mau mel-“
Clek!
Gedebuk!
“Auch!” Gadis yang baru saja akan mengutarakan isi pikirannya itu tersungkur kelantai karpet. Baru saja Seseorang masuk, dan membuka pintu dengan cepat. “Ya, ampun! Oca?!” seru suara Wanita yang adalah Mamanya. “Uhhh….” Oca kesakitan,memegang pinggangnya. “Ya, ampun kamu kenapa jatuh?” tanya Mama, yang tak tahu hasil dari perbuatannya. Semua orang yang datang juga ikut terperanjat.
Malunya..
Dan rasa malu Oca semakin bertambah, ketika sekilas Dia melihat Bara tersenyum mendeham, melihat dirinya yang terjatuh. Dan dengan buru-buru juga Dia membuang muka kearah yang berlawanan untuk kembali tersenyum. Sial. Pria itu jelas mengejeknya. Oca akhirnya beranjak bangun, merapihkan bajunya(semampunya), namun kembali memegang pinggangnya lagi karena nyeri. Mama membantunya bersih-bersih. Oca yang segera sadar dengan keadaannya meraih tangan Mama untuk bicara. “Ma! Aku mau pulang! Aku tidak ingin ini berlan-!, mmmph! Mmmh” Mama menutup mulut tipis Puterinya itu sembari melihat sekitarnya, dimana Papa, dan kedua orang tua Bara yang tepat berada di belakangnya.
Mama tahu apa yang akan Oca ucapkan. Maka dari itu, Dia tak ingin semua orang mengetahuinya. Oca pasti ingin meminta pertunangan ini dibatalkan. Dan bila sudah begini, tak ada pilihan lain. Dia akan mengancam Oca. “Kita, perlu, duduk” Tekan mama dengan mata memaksa ala Beliau yang selalu-biasa- membuat Oca diam seribu bahasa. Dan benar saja, Oca tak bisa apa-apa, untuk saat ini.
"Ayo... kita duduk" paksa mama lagi melalui senyumnya. "Oh... iya.. Silahkan, Ayo Bapak Ibu Natawilaga, Ayo kita duduk" sahut Mama kemudian pada Bapak Ibu dibelakangnya.
"Ayo.. mari.." Papa juga ikut membantu mama.
"Wah, Rosalia jadi bertambah cantik yaa.. pas banget untuk Bara" sahut suara wanita lainnya yang adalah Ibunya Bara.