Rosalia Farina Mahardika tak boleh terpesona pada Aldebaran Rivano Natawilaga pada pertemuan pertama. Masalalu, dimana pertunangan itu dicetuskan untuk pertama kali masih menyisakan kenangan buruk di hati Oca. Bara yang saat itu bersama seorang Gadis, sempat membicarakan tentang calon Tunangannya, yang adalah Rosalia. Dan karena mendengar pembicaraan itulah, Oca menolak keras bila pertunangan ini, apalagi bila sampai pada pernikahan.
Dan, Pemuda yang dulu membicarakannya itu ada disini, disampingnya dengan jarak yang cukup dekat. Bara benar-benar membuatnya kesusahan. Lup, lup, lup. Debaran jantung Oca tak bisa berkoordinasi dengan pusat perintah di otaknya. Bahkan Dia berhalusinasi, seakan ada cahaya suci yang memancarkan dari sisi kanan Pria itu (Padahal dan sebetulnya itu adalah cahaya mobil yang lewat). Hal itu membuatnya ingin cepat turun dari Mobil.
Kepalaku ini kenapa sih? Memangnya Dia Dewa?
Oca terpaksa -harus- menghindari tatapannya, saat Bara sesekali bertanya dimana Dia bekerja, dan apa yang Dia kerjakan saat ini. Tingkah laku Bara sejak naik mobil sebetulnya biasa saja. Sangat biasa, ketika pertanyaan biasa-biasa juga terdengar biasa. Namun suara bassnya ( itu loh) membuat Oca salah tingkah dan menyadari Bara yang dewasa ini, benar- benar sulit untuk tak ditatap. Ganteng banget. Hanya dengan diam saja, Dia bisa membuat para Wanita jatuh hati. Berbeda dengan Dia yang tadi ada di perjamuan, Bara yang didalam mobil ini adalah Bara yang memperlihatkan sisi dewasanya.
Dan......Bara ini kenapa penurut sekali sih? Sekali-kali menolak demi kebaikannya juga gapapa kan? Pastilah, Dia gak mau anter gue.
Rasa getir itu hanya bisa Oca sampaikan dengan mendesah. Dia juga terpaksa -masih-menatap kesamping, untuk menghindar dari serangan pesona Bara. Ini pertama kalinya Bara dan dirinya harus satu tempat berdua dan suasana bertambah sunyi dimana tadinya —seharusnya- musik masih menyala, malah dimatikan oleh Bara. Perjalanan Jakarta menjelang magrib ini juga terbilang tak macet. Untuk rumah Oca yang berkawasan di jakarta barat, Ya, sampai dalam waktu kurang dari satu jam adalah waktu tercepat untuk sampai. Dan akhirnya Mereka tertahan lagi di lampu lalu lintas.
"Aku mau pinjam Smartphonemu" pintanya saat mobil sedang tertahan lampu merah.
Kening Oca berlipat, "Untuk?"
"Kemarikan saja" Pintanya lagi, dengan suara rendah.
Ada apa sih? Memangnya Dia mau nomornya di simpan? ....Ya udah deh, gak usah banyak pikir.
Dengan gerakan malas, Oca menyerahkan Smarthphone yang Dia ambil dari tasnya itu. Dan Bara, dengan tenangnya juga mencoba menekan tombol samping Smartphone untuk membuka kuncinya. Wallpaper Oca membuatnya Alis kanannya menukik. "……., Jadi ini cinta matimu?" tanya Pria itu dengan polosnya.
Hah?!
Secepat kilat Oca meraih kembali Smarthphonenya dan menutup wallpapernya, dan spontan mengatur pola kunci di smarthonenya untuk membuka. Astaga! Dia lupa dalam Wallpapernya ada foto Pak Brian yang Dia foto dari samping. Untung wajah Pak Brian tidak terlihat, jadi Oca tak khawatir apapun. Bara tertawa mengejek melihat kelakuan Gadis disampingnya itu. Melihatnya Bara seperti itu, Oca jadi ingin menggerutu. Namun hal itu akhirnya tak Dia lakukan. Kalau di pikir lagi, untuk apa Dia khawatir? Bara juga tak akan peduli kan?
"Sini kemarikan!" Tukas Bara, sambil mengecek lampu merah didepan sana yang masih menyala.
"Untuk apa sih?" Oca makin tak mau memberikannya.