Tingtong tingtong tingtong!!
Oca telah berada berada didepan Apartemen milik Karen tepat pukul sembilan malam. Setelah Bara pergi tadi, Dia langsung memanggil taksi menuju apartemen milik sahabatnya itu untuk membuat perhitungan. Hari ini tak akan ada pertemuan dengan bara bila tak ada campur tangannya. Ya, Karen. Meskipun tak ada yang terjadi, tapi kebohongaan yang Dia usung sore tadi akan berakhir dengan penghukuman.
TINGTONG! Bunyi bel kedua.
TINGTONG TINGTONG TINGTONG!! Seharusnya bunyi bel ketiga sudah sangat mengganggu Karen.
"Ayo... Keluar lu reenn" guman Oca, penuh hasrat menghukum.
***
Dari dalam Apartemen Karen.
"Uuuuuwhh!! Siapa sih?!" Karen yang baru saja menyelesaikan mandi malamnya, langsung buru-buru memakai baju handuk, dan mengeringkan rambutnya dengan melipat handuk di kepala. Setelah itu Dia langsung keluar dari kamar mandinya, sebelum bel selanjutnya berdering.
Tingtong! Tingtong! Tingtong!
“ Issssh Ampun deh !!!” Gerutu Karen.
Pencetan bel interkom Oca semakin kencang, dan tentu saja hal itu membuat Karin greget. Gadis itu segera memeriksa menghambut menuju pesawat intekom dekat pintu. "Malam gini siapa sih yang pencet bel ga tahu sopan santun?"gerutunya lagi.
“KAREEENNNNN!!!” Suara keras Oca -via intercom-membuat Karen spontan tutup telinga.
“Oh my...! Oca?!” Ya, Oca terlihat dari layar interkom milik Karen. Seketika bulu kuduknya merinding. Sepertinya, dosanya sore ini bukan dia bayar besok, tapi malam ini.
"Karen!! Buka pintunya! klo engga Gue teriak keras-keras nih !! Woi! Kareen!!"
Karen dibalik dinding menciut. Dia tidak tahu kalau Oca akan mencarinya malam ini. Oca itu tipe orang yang akan membicarakan masalah tak terburu-buru. Tapi, kedatangannya yang lebih cepat dari perkiraan, Dia pasti serius marah sama Karen. "Duh! Mampus deh! Tapi.. kalau gak Gue buka, ni Cewek pasti berbuat onar diluar.., gimana nih?” Gadis itu bingung, dan spontan menggigit jari. Diluar, Oca jelas akan semakin menjadi-jadi bila tak masuk. Alhasil, tetangga-tetangga akan komplain padanya.
Karen mendengus kencang, “Bisa, bisa! Oca gak mungkin semarah itu! Gue tinggal buka, dan..” Dia kembali mendengus, dan menarik nafas dalam untuk relaksasi. “KARENN, Ayoo.. buka!!” Oca melanjutkan teriaknya.
Karin menutup mata, dan kembali membuka.
Oke.
Cklik! Pintu terbuka
Secepat kilat, Oca masuk menghambur, dan menaruh sembarangan tas yang Dia bawa. Karen. Gadis yang di cari itu telah berlari di balik sofa pendek abunya, bersiap mengeluarkan pernyataann membela dirinya. “Ca..sabar Ca!! Semua hal bisa dibicarain. Tadi itu demi Lo ca! Masa depan Lo!"
"Lo tuh ya buat Gue berharap tahu gak?! Lo bawa gue ke orang yang paling ingin gue hindari selama ini!!” kedua lengannya bertopang mencengkeram sofa diseberang Karen. Dia lalu berjalan cepat untuk berputar mengejar Karin.
Karen, dengan segenap jiwa menghindar berlari, keseberang sofa tempat Oca tadi berdiam. "Gue lihat foto tunangan lo!! I Swear !That He’s so handsome! Gan-teng ba-nget! Lo kenapa sih gamau tunangan!?" masih menghindari Oca yang dengan cepat masih mengejarnya, Karen melangkah setengah berlari menuju kursi makan di belakang Sofa. Dan Oca Berputar balik mencari cara agar lebih cepat bertemu karin.
"Lo gatau sejarah hitam belasan tahun yang lalu ren!” Oca masih beringas.
"Hah?!" terhenti sebentar, namun Oca yang semakin mendekat membuatnya segera berputar mencari jalan lain ke belakang rak ruang tamu yang menyimpan vas-vas berwarna putih. Beberapa detik kemudian Dia mulai kecapekan, "Stop! Stop! Gue capek! Gue bukan nyiapin hari ini buat mati ditangan lo, tapi besok!"