Wow. Rumah yang baru Oca masuki bersama Pak Brian ini terbilang besar. Dan cukup besar, bila hanya dihuni seorang Wanita. Pemiliknya pasti adalah orang yang tidak peduli berapapun biaya akan dikeluarkannya. Wangi kayu dan bercampur wangi kopi (yang tampaknya dari pewangi ruangan) memenuhi rumah yang masih kosong ini. Sangat jarang, mendapatkan pewangi kopi. Kira-kira orang seperti apa yang punya rumah ini ya?
“Disini” Suara Pak Brian membuatnya sadar, dan segera mencari sumber suara yang telah dulu masuk dan berada pada meja bar yang sudah ada dalam dekor asli rumah ini. Dia segera menyusul Pak Brian dan menaruh tas yang dibawanya ke meja itu. Pak Brian sendiri membawa beberapa map yang sudah ada di mobilnya, ketika mereka berangkat dengan mobilnya tadi.
Oca sekali lagi, hanya bisa menatap takjub keatas, kesamping, dan bahkan bagian terasnya yang terbilang panjang. Bila rumah ini miliknya, Dia pasti tahu apa yang akan di atur dulu, dan apa yang sepenuhnya ingin Dia ubah. Tapi tentu saja tempat ini milik seseorang. Dan, yang bisa membeli rumah ini, bukan sembarang orang, Wanita dari kalangan borju.
Betul. Hanya wanita kalangan borju yang tak peduli biaya, dan tak tahu akan menyalurkan kemana lagi uangnya yang bisa beli rumah ini. “Sebentar lagi.... Dia akan datang sebentar lagi” Ujar Pak Brian sambil melihat Smartphonenya yang lagi-lagi menyadarkan Oca untuk tidak melupakan tujuan mereka datang kesini. Ya, sudah dengan menghayalnya, ini saatnya bekerja. Oca pun segera membuka ranselnya dan mengeluarkan Laptop.
“Kau hanya perlu mencatat apa yang kubilang dan membuka laptop yang tadi kita bawa” Tukas Pak Brian lagi.
“O-oke Pak” Oca semakin kikuk, bahkan saat berniat membuka laptop itu dengan pelan. Fiuh. Oca jadi gugup setengah mati. Bukannya apa-apa, disini Dia hanya bersama Pak Brian, dan sebentar lagi customer VIP itu akan datang, sehingga rasa gugupnya menjai dua kali lipat. Sebetulnya, ada yang ingin Oca pertanyakan. Kenapa dirinya -yang hanya anak magang- yang diminta menemani Pak Brian? Bukankah ini tugas penting? Teman-teman Kontrak, bahkan yang karyawan tetap lainnya pasti menginginkan posisi sementara ini kan?
Rosalia Farina Mahardika, seorang gadis tomboi yang bahkan belum terikat kontrak dengan perusahaan, diminta langsung Pria paling berkharisma di Kantor sekaligus masa depan dari dari KANALDESIGN untuk mendampinginya? Dan, bukan rasa gugup lagi yang dirasakannya, Degup jantung yang tadinya aman-aman saja, akhirnya melebihi kapasitas normalnya untuk berdetak, dan membuat muka mulai memerah.
“Kamu demam?” tanya Pak Brian.
“Eh?”
“Mukamu memerah..”
“Ooh, ehem, ini pertama kalinya saya menjadi Asiten Bapak.. Saya.. takut salah..” Oca benar- benar tak bisa menutupi rasa gugupnya, dan menempelkan bergantian telapak tangan dan punggungnya pada pipinya.
“Tenang saja, Dia orang yang baik”
Oke, pertama, tenang. Tenang, dan tenang. Kata Pak Brian, Wanita itu orang yang baik. Ya, Dia pasti orang yang baik. Oca segera membuka tasnya untuk mengambil laptop milik Pak Brian. “Saya dengar Customer kita kali ini menginginkan tema desain tak lekang oleh waktu ya?” Sambil membuka Laptop itu dan menekan tombol Power, Oca memulai pertanyaan untuk masuk pada siapa sosok yang akan kita temui selanjutnya.
“Ya, Dia menginginkan desain yang seperti itu. Hal itu, bisa dibagi menjadi tiga opsi. Yang pertama adalah desain ruangan yang berasal dari masalalu yang masih dipakai masakini dan akan tetap diperhitungkan oleh masadepan. Kedua adalah desain milenial yang lebih ekspresif, dan disukai semua usia. Opsi terakhir... dunia yang tak ingin Dia lupakan”