Aldebaran Rivano Natawilaga baru saja tersenyum singkat setelah mengirim pesan dari di Smartphonenya. Dibalik kursi kerja yang membelakangi mejanya, Dia sedikit ingin menghilangkan penat yang menganggunya. Sebagian pekerjaan Direksinya telah Dia bereskan sebelum istirahat makan siang ini.
Sebelum pertemuannya dengan Rosalia kemarin, Bara tak begitu seantusias ini untuk menjahili seseorang. Gelagat Rosa yang mati-matian menghindar dan memintanya untuk membatalkan pertunangan, membuatnya semakin penasaran dengan Wanita itu. “Rosalia Farina Mahardika, ternyata Dia lebih menarik dari yang kukira” Bara tersenyum mendeham, sambil memutar- mutar Smartphonenya.
“Jadi, apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Suara Pria yang duduk diruang tamu ruang direktur dan sibuk memegang koran ditangannya dan fokus membaca.
“Banyak” Jawab Bara.
“Banyak itu perlu fokus” jawab Pria berkaca mata itu, masih sibuk dengan korannya.
“Semuanya adalah bagian dari fokusku” Balas Bara lagi, dengan suara santainya. “Dan apa yang akan kau lakukan pada Wanita yang satu lagi?”
“Dia akan sibuk dengan urusannya sendiri”
“Tapi yang kudengar Dia mulai memerdulikan urusanmu. Di sela kesibukannya, Dia juga sibuk memata-mataimu dan mencari tahu tentang Rosalia”
“Dia tidak akan berani menyentuh Rosalia”
“Mm?”
“Dia akan berhadapan denganku”
Pria yang duduk di kursi tamu itu buru-buru menaruh Koran yang Dia baca, dan melayang tatapan serius pada Bara di meja kebesarannya. “Jadi Kau serius akan menikah?”
Bara mendengus kasar, dan tersenyum. “Itu tidak penting, Isac”
“Bar, Kamu tidak pernah tidak serius menghadapi sesuatu. Tentu saja Aku jadi peduli, jangan bermain api.. ini masalah dua wanita” Tekan Isac yang terlihat serius. Bara masih acuh tak acuh. “Kau membuatku terdengar seperti penjahat Wanita” Jawabnya.
Isac sedikit nyengir. “Aku sebetulnya tak mencampuri urusanmu, tapi"
“Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Semua masih pada jalurnya” balas Bara dengan tenang.
“Lalu apa tujuan kamu cari informasi mengenai Brian? Apa Dia masih menganggu-“
“Bukan. Tak ada hubungannya dengan itu. Aku hanya ingin tahu, apa Brian tahu tentang Rosalia” Sela Bara. “Bisa saja, Brian akan melakukan sesuatu pada Rosa”
Isac mendengus, seraya memainkan jari-jemarinya, “Ya ampun, ternyata masalah ini lebih rumit dari yang kupikir.., tapi melihat Kau begitu peduli pada Rosalia, itu atinya..” Ingin rasanya Isac memancing Bara untuk berkata sebenarnya. “Berhenti berspekulasi yang tidak-tidak” Tukas Bara yang bangun dari kursinya, dan berjalan beberapa langkah untuk menatap apa yang ada luar layar dan yang ada dibawah gedung. “Aku penasaran, apa tujuan Rosalia menghindar dan menolak tunangan”