Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #2

Wajah Manis Teman Sebangku

Jakarta, awal tahun ajaran baru. Gedung SD Negeri di tengah kota itu masih lengang saat Andre melangkah masuk bersama ibunya. Anak laki-laki berumur tujuh tahun itu menggenggam erat ujung baju ibunya, menahan gugup yang menggumpal di dada.


Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah dasar. Seragamnya masih kaku, rambutnya disisir rapi ke samping, dan ranselnya tampak kebesaran di punggung kecilnya.


Di kelas 1C, ibu guru menyambut anak-anak satu per satu. Andre berjalan pelan menuju barisan bangku belakang, tempat yang terasa paling nyaman untuk dirinya yang pendiam. Ia suka menyendiri, suka menggambar, dan suka memperhatikan orang dari jauh.


Tak lama setelah duduk, seorang anak laki-laki dengan suara nyaring masuk ke kelas. Rambutnya sedikit berantakan, matanya berbinar, dan pipinya merah merona karena berlari dari halaman sekolah. Namanya Tio.


“Bu Guru, boleh duduk sama dia?” tanya Tio sambil menunjuk Andre tanpa ragu.


Guru hanya tersenyum. “Tanyakan langsung ke temanmu.”


Tio menoleh ke Andre, yang hanya menatapnya sesaat lalu mengangguk pelan. Sejak saat itu, mereka duduk sebangku. Hari-hari berikutnya menjadi awal dari kisah yang tak pernah mereka bayangkan.


Tio aktif, banyak bicara, senang bercerita. Ia suka berbagi bekal dan tertawa keras saat sesuatu lucu. Sementara Andre lebih banyak diam, lebih senang menggambar di sudut bukunya, dan mendengarkan.


Namun anehnya, mereka saling cocok. Tio tak pernah mengolok Andre karena lebih pendiam. Andre pun merasa nyaman karena Tio tidak memaksanya berbicara lebih dari yang ia mau.


Pada suatu siang, saat istirahat, Tio membuka kotak bekalnya. Di dalamnya ada nasi goreng dengan sosis berbentuk bintang. Ia menawari Andre.

Lihat selengkapnya