Hari itu sekolah sedang sibuk. Minggu depan ada lomba antar kelas, dan semua siswa ditugaskan membantu panitia. Andre dan Tio ditunjuk sebagai pencatat perlengkapan untuk lomba seni. Tugas mereka adalah memeriksa barang-barang di ruang perlengkapan yang terletak di belakang aula.
Ruang itu sempit. Hanya ada satu jendela kecil di atas rak dan bau kertas lembap bercampur kayu tua memenuhi udara. Kotak-kotak kardus bertumpuk, sebagian masih tersegel, sebagian lagi dibiarkan terbuka dengan isinya yang nyaris berantakan.
“Ini cat air yang dipakai tahun lalu,” kata Tio sambil membuka kotak dan memeriksa satu persatu.
Andre duduk bersimpuh di lantai, mencatat di buku kecil. “Masih bisa dipakai?”
Tio mengangguk. “Masih. Tapi kuasnya kaku.”
Mereka bekerja dalam diam sejenak. Di luar, suara siswa-siswa lain terdengar samar. Ruang itu terasa seperti dunia lain. Tenang. Tertutup.
Tiba-tiba Tio membuka sebuah kotak besar di rak atas. Beberapa gulungan kain jatuh ke lantai, membuat Andre tersentak.
“Maaf, nggak sengaja,” kata Tio sambil tertawa kecil.
Andre juga tertawa, menahan napas gugup. Mereka berdua menunduk mengambil kain-kain itu secara bersamaan. Tangan mereka bersentuhan.
Andre berhenti sejenak. Jantungnya berdetak cepat. Tio juga terdiam.
Mata mereka bertemu. Tidak ada kata. Tidak ada suara. Hanya ruang sempit dan detak jantung yang menggema dalam dada masing-masing.
Tiba-tiba jarak di antara mereka menghilang.