Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #11

Ibu Yang Menangis Diam Diam

Hari itu hujan turun sejak pagi. Langit Jakarta kelabu, dan udara di rumah Andre terasa lebih dingin dari biasanya. Ibunya membatalkan rencana ke pasar karena cuaca, dan memilih membereskan lemari di ruang belakang.


Sementara itu, Andre merasa hari itu sempurna. Semua orang sibuk. Ayahnya pergi sejak fajar untuk tugas luar kota. Kakaknya sudah berangkat lebih pagi ke tempat les tambahan. Ia mengira ibunya masih di dapur, jadi ia berani membuka kotak kecil berisi pita dan lipstik, lalu masuk ke kamar dengan langkah ringan.


Ia berdiri di depan cermin. Kali ini ia tidak mengenakan gaun biru seperti sebelumnya, tapi mencoba blouse merah muda bekas ibunya. Sedikit kebesaran, tapi ia ikatkan dengan pita di belakang punggung. Ia menyapukan sedikit lipstik ke bibir, lalu merapikan alis seadanya.


"Hai, Alya," katanya sambil tersenyum ke bayangan cermin. "Kamu cantik hari ini."


Ia tertawa kecil, mengayunkan badan, dan duduk di pinggir tempat tidur sambil mendengarkan lagu pelan dari ponselnya. Musik itu membuat suasana terasa hangat, padahal hujan di luar masih deras.


Namun, tanpa ia sadari, pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Dan dari celah pintu itu, ibunya melihat.


Ibunya berdiri terpaku. Tangannya gemetar memegang sapu. Ia tidak masuk. Tidak memanggil. Hanya menatap. Di depan matanya, anak lelakinya sedang memakai blouse dan menyapukan lipstik dengan gerakan yang begitu lembut.


Air mata pertama jatuh tanpa suara. Ia buru-buru menutup mulutnya sendiri, lalu melangkah mundur perlahan, berusaha tidak membuat suara sedikit pun. Ia masuk ke kamar, duduk di ujung ranjang, dan memejamkan mata.


Ia tidak tahu harus merasa apa.


Shock? Marah? Bingung? Atau hancur?


Lihat selengkapnya