Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #12

Surat Yang Tak Pernah Dikirim

Langit sore di Jakarta terlihat seperti kanvas usang yang dilukis dengan warna kelelahan. Awan kelabu menggantung, seolah menahan tangis. Andre duduk di balik meja belajarnya, di kamar yang semakin lama semakin menjadi tempat paling pribadi untuk jiwanya.


Di hadapannya, sebuah lembar kertas kosong telah diambil dari buku tulis yang terselip rapi di laci kedua. Pulpen warna biru tergeletak di sampingnya, seperti menunggu diperintah untuk mengalirkan sesuatu yang telah lama tertahan.


Hari itu, entah kenapa, Andre merasa dadanya terlalu sempit untuk memuat semuanya sendirian. Ia merasa perlu mengatakan sesuatu kepada seseorang. Dan dari semua orang di dunia, hanya satu nama yang muncul di benaknya: Tio.


Tio adalah segalanya. Teman sejak kecil, pelindung diam-diam, tempat sandaran yang tidak pernah menuntut apa-apa. Tapi Tio tidak tahu semuanya. Tidak tahu tentang kotak kecil di bawah tempat tidur. Tidak tahu tentang Alya.


Andre mengambil pulpen itu dan mulai menulis.


Tio,


Entah kamu sadar atau tidak, setiap kali kamu tersenyum, dunia jadi sedikit lebih ringan buatku. Kamu mungkin nggak tahu, tapi kamu satu-satunya alasan aku kuat dari dulu.


Maaf kalau aku sering aneh. Maaf kalau aku nggak bisa jadi cowok seperti yang dunia mau. Tapi aku juga nggak bisa bohong lebih lama lagi. Aku bukan Andre yang kalian pikirkan. Di dalam diri ini, ada sosok yang selalu ingin keluar. Namanya Alya.


Aku nggak tahu apakah kamu akan marah, jijik, atau menjauhiku. Tapi aku ingin kamu tahu. Karena kamu teman terbaikku. Dan... kadang aku berharap kamu bisa lihat aku bukan sebagai Andre, tapi sebagai Alya.


Mungkin ini semua salah. Mungkin aku akan masuk neraka. Tapi aku lelah menyembunyikan semuanya sendirian.


Tapi kalau surat ini membuatmu benci... nggak apa-apa. Aku akan mengerti.

Lihat selengkapnya