Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #13

Tio Yang Diam Diam Menjaga

Hari-hari di sekolah mulai terasa berbeda. Tidak ada yang berubah secara nyata, tapi Tio bisa merasakannya. Ada sesuatu dalam diri Andre yang tak bisa ia pahami, tapi ia tahu, sahabatnya itu sedang berjuang dengan sesuatu yang lebih dari sekadar PR atau nilai jelek.


Tio sudah mengenal Andre sejak mereka belum tahu cara mengikat tali sepatu. Mereka tumbuh bersama. Dari bermain layangan, membaca komik di bawah pohon mangga, sampai berbagi bekal di bangku kelas. Tio tahu Andre bukan anak laki-laki biasa. Tapi ia tidak pernah merasa itu masalah.


Andre memang pendiam. Tapi ada kelembutan dalam caranya bicara. Dalam cara ia mendengarkan. Dalam cara ia menunduk saat malu. Tio tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata, tapi hatinya tahu, Andre berbeda. Dan perbedaan itu tidak membuatnya menjauh. Justru membuatnya semakin ingin menjaga.


Ia mulai lebih sering memperhatikan sekeliling. Siapa yang berani mengejek Andre karena cara berjalannya. Siapa yang berbisik-bisik saat Andre terlalu lama duduk di perpustakaan membaca majalah remaja perempuan. Siapa yang tertawa saat Andre tidak ikut main bola dan memilih membantu guru merapikan alat peraga.


Sekali waktu, Tio pernah menegur teman sekelas yang tertawa melihat Andre menjatuhkan pena dengan gerakan gemulai.


"Kenapa sih, kalian suka banget ngomentarin orang? Nggak capek?" kata Tio sambil menatap tajam.


Teman itu langsung terdiam. Sejak saat itu, tak ada yang berani terang-terangan meledek Andre lagi. Mereka tahu, Tio bukan tipe yang suka bicara banyak. Tapi sekali ia bicara, semua mendengar.


Andre mungkin tidak tahu semua yang Tio lakukan. Ia tidak tahu Tio sengaja berdiri di belakangnya saat antre beli jajanan, agar tidak ada yang menyenggol. Ia tidak tahu Tio mengembalikan buku harian yang terjatuh tanpa membuka lembar satupun, padahal judulnya saja sudah membuat penasaran: “Surat Untuk Diriku Yang Lain.”


Lihat selengkapnya