Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #23

Make-up Pertama, Luka Pertama

Pagi itu, Jakarta masih diguyur gerimis. Embun tipis menempel di jendela kamar kosan Alya, menciptakan bintik-bintik kecil seperti air mata yang tidak sempat jatuh. Di depan cermin, Alya duduk diam, menggenggam spons bedak dengan tangan bergetar.

Hari ini ia akan ke kampus dengan make-up pertamanya.

Ia sudah lama menunggu momen ini. Bukan karena ingin menarik perhatian, tapi karena ingin menjadi dirinya. Ia hanya ingin duduk di kelas, mencatat pelajaran, dan merasa seperti siapa dirinya seharusnya.

Cermin kecil di mejanya memantulkan bayangan wajah yang belum sempurna. Ia belum mahir memakai make-up. Foundation terlalu terang, alis sedikit miring, dan lipstik terlalu tebal di sudut bibir. Tapi semua itu tidak penting. Yang penting adalah langkah pertama.

Langkah pertama selalu yang paling berat.

Tio mengetuk pintu sambil membawa jas hujan plastik dan dua bungkus nasi uduk. Ia tersenyum begitu melihat Alya membuka pintu. Matanya menatap wajah Alya lama, lalu tersenyum kecil.

“Cantik,” katanya pelan.

Alya tersipu. Ia tahu make-up-nya berantakan, tapi pujian itu membuat hatinya tenang.

“Yakin lo mau masuk kuliah begini?” tanya Tio sambil menyerahkan jas hujan.

Alya mengangguk. “Kalau gue gak mulai hari ini, kapan lagi?”

Perjalanan ke kampus diisi dengan tawa ringan, obrolan soal dosen killer, dan mimpi mereka setelah lulus nanti. Hujan sudah berhenti, tapi genangan masih tersisa di jalanan. Langit abu-abu, seperti menyimpan sesuatu yang belum selesai.

Begitu tiba di kampus, semua mata menoleh.

Langkah Alya terasa berat, tapi ia tidak menunduk. Ia berjalan di samping Tio, memakai blouse longgar berwarna krem, celana kulot hitam, dan tas selempang kecil. Make-up-nya mungkin belum sempurna, tapi tekadnya sudah bulat.

Beberapa mahasiswa berbisik. Ada yang menatap dengan bingung, ada pula yang terkekeh. Tapi Alya terus berjalan.

Lihat selengkapnya