Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #29

Teman Kosan Baru, Dunia Baru

Jakarta tidak pernah benar-benar sepi. Bahkan malam pun tak bisa menenangkan kota yang selalu bergemuruh. Namun di sebuah gang kecil di daerah Rawamangun, Alya merasakan ketenangan yang tak ia temukan di tempat sebelumnya.

Hari itu, setelah hampir dua tahun tinggal di rumah kos lamanya, Alya memutuskan pindah. Bukan karena ia tak nyaman, tapi karena ruangnya sudah terlalu sempit—secara harfiah maupun batin. Kamar kos lamanya membawa banyak kenangan, tapi juga batasan. Ia ingin udara baru, lingkungan baru, dan yang lebih penting: tempat yang bisa ia sebut rumah.

Kos barunya tidak besar. Hanya sebuah rumah tingkat dengan tujuh kamar yang disewakan. Tapi atmosfernya hangat. Dinding luar dicat warna krem pucat, dengan tanaman rambat yang dibiarkan tumbuh liar di pagar. Di ruang tamu kecil, ada sofa robek tapi empuk, dan rak buku bekas penuh novel-novel tua.

Saat pertama kali datang membawa koper, ia disambut oleh perempuan berambut pendek dan mengenakan hoodie longgar.

“Hai, kamu Alya ya?”

“Iya,” jawab Alya sambil tersenyum gugup.

“Gue Nisa. Anak kamar nomor empat. Welcome home.”

Itu kalimat pertama yang membuat hati Alya menghangat.

Beberapa menit kemudian, seorang cowok berkacamata muncul dari dapur sambil membawa teh manis dalam mug besar. Ia tersenyum lebar saat melihat Alya.

“Farel. Kamar dua. Jangan takut, gue gak gigit.”

Mereka bertiga duduk di ruang tengah malam itu. Percakapan ringan mengalir. Tentang kampus, tentang makanan favorit, tentang kucing liar yang suka nongkrong di atap kamar Farel.

Lihat selengkapnya