Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #39

Ciuman, dan Janji

Pagi datang seperti biasanya, tapi terasa berbeda di kamar kecil itu. Udara Jakarta masih hangat, matahari menyelinap lewat celah tirai tipis, menyentuh kulit Alya yang masih dibaringkan di sebelah Tio. Aroma sisa pelukan semalam masih terasa. Mereka belum berkata apa pun, tapi senyum yang muncul dari sudut bibir keduanya sudah cukup untuk mengawali hari itu.

Alya menggeliat pelan, kemudian duduk di tepi kasur. Ia menyentuh dadanya pelan, lalu menatap ke luar jendela. Ada sedikit perih di balik kulit, tapi jauh lebih kecil dibanding rasa bangga yang membuncah di dadanya.

Tio bangun, duduk di samping Alya, lalu memeluknya dari belakang. Keningnya mengecup pundak Alya lembut.

"Pagi, Putri," bisiknya.

Alya menoleh sedikit dan membalas dengan senyum kecil. "Pagi, Pangeran."

Mereka berdua bersiap ke kampus. Alya mengenakan tanktop pink lembut yang menonjolkan siluet tubuh barunya, lalu ditutup dengan jaket levis warna biru pudar. Celana legging hitam menjadi pelengkap penampilannya. Ia menatap cermin sejenak, menarik napas panjang.

"Gue siap," katanya pada dirinya sendiri.

Tio, dengan kemeja flanel dan celana jeans, sudah menunggu di depan pintu. Mereka berjalan bersama menyusuri jalanan kecil yang mengarah ke kampus. Motor lalu lalang, tukang bubur lewat, dan aroma gorengan pagi hari menggoda penciuman.

Begitu tiba di gerbang kampus, beberapa kepala mulai menoleh. Beberapa mahasiswa yang biasa sekelas dengan mereka berbisik pelan. Ada yang menatap, ada yang mencibir, ada yang diam lama seolah mencoba memahami perubahan yang mereka lihat.

"Eh, itu Alya, kan?"

"Lo lihat nggak sih... bentuknya beda banget sekarang."

Lihat selengkapnya