Waria Bernama Alya

Zizan
Chapter #46

Ancaman dan Doa

Hari itu, Alya membuka ponsel seperti biasa. Di layar ada notifikasi dari blog dan media sosialnya. Tapi ada yang berbeda pagi itu. Pesan-pesan berisi hinaan, ancaman, dan kata-kata kasar membanjiri kolom komentar dan kotak masuknya.

“Apa kamu pikir kamu bisa ubah ciptaan Tuhan?”

“Waria kayak kamu pantas masuk neraka.”

“Kami tahu alamat kosmu. Hati-hati, ya.”

Alya membaca dengan tangan bergetar. Ia tidak menangis, tidak juga langsung membalas. Tapi ia menunduk cukup lama hingga Tio yang sedang menggoreng tahu di dapur menyadari ada yang salah.

"Sayang, kenapa mukamu pucat?"

Alya menyerahkan ponselnya tanpa suara. Tio membaca perlahan, satu per satu. Rahangnya mengencang. Tapi ia menahan amarahnya.

"Kita lapor polisi aja, ya? Ini udah ancaman serius."

Alya menggeleng pelan.

"Aku nggak mau jadi korban yang sembunyi. Aku harus tetap tampil. Hari ini kan ada acara di kampus. Aku udah janji jadi pembicara diskusi kebhinekaan."

"Tapi mereka mungkin nyerang kamu di sana, Al."

Alya menarik napas panjang, menatap Tio dalam-dalam.

"Aku hidup terlalu lama dalam bayang-bayang. Hari ini aku mau berdiri di bawah cahaya."

Siang itu, mereka berangkat ke kampus dengan motor tua. Alya mengenakan blouse putih dan celana panjang abu-abu. Make-up-nya tipis, hanya bedak dan lip balm. Tapi hari itu, ia merasa seperti mengenakan lapisan keberanian.

Lihat selengkapnya