WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #1

SATU

Hujan jatuh membasahi jalanan di kota London. Bulir demi bulir air bening dijatuhkan oleh awan kumulonimbus yang bertengger di atas langit kota London. Awan besar yang berwarna hitam bercampur abu-abu yang gelap itu dengan sengajanya menjatuhkan tetes demi tetes air untuk membasahi tubuh dari orang-orang yang sedang berlari menyelamatkan diri dari serbuan hujan yang deras. 

Kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan. Para pengemudi memang sengaja memperlambat laju kendaraan mereka guna menghindari terjadinya kecelakaan. Terlebih lagi sekitar dua minggu yang lalu pada sore hari yang basah karena di guyur hujan terjadi sebuah kecelakaan yang menewaskan dua orang dewasa. Tapi untunglah seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun berhasil selamat dari kecelakaan mengerikan itu. 

Saking mengerikannya mobil bagian depan yang di kendarai oleh kedua orang tua anak itu sudah tidak berbentuk lagi. Mobil itu langsung hancur karena dengan kuatnya menabrak truk pengangkut barang di jalan 5th Cintess. Namun semua orang rasanya langsung bertobat seketika dengan semua dosa yang sudah mereka perbuat selama ini. ketika mereka melihat para petugas kepolisian London berhasil mengevakuasi seorang bocah yang duduk di kursi bagian belakang.

Bocah itu dengan ajaibnya berhasil selamat dari kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya. Meskipun itu sudah terjadi lebih dari empat belas hari yang lalu. Namun semua orang masih dapat mengingat dengan jelas keajaiban yang terjadi di sore hari yang kelam itu. Untuk menghindari hujan orang-orang memilih untuk mampir di sebuah kedai kopi yang juga menjual beberapa kue dan roti dengan berbagai macam isian. 

Kebanyakan para pelanggan memesan secangkir kopi Bali dan sepotong kue untuk dinikmati di sebuah meja kecil yang ada di samping kaca yang tembus pandang. Sehingga mereka bisa menikmati kopi dan kue yang mereka pesan sambil memandangi keadaan di luar kedai itu. 

Tidak jauh dari jalan besar 5th Cintess yang ramai dengan kendaraan yang sedang terjebak macet. Di sebuah persimpangan jalan tepat di samping sebuah gedung bank swasta Brittanian Bank. Terdapat sebuah jalan bernama Hollnam street.

Disini terdapat jejeran kedai makanan siap saji. Kedai kopi, Mini market, Laundry pakaian. Biasanya jalanan ini akan ramai ketika jam istirahat sekitar jam dua belas siang hingga jam satu. Saat ini jam masih menunjukan pukul sepuluh lewat dua belas pagi sehingga hanya beberapa orang saja yang ada di jalan ini.

Terlebih lagi hujan deras yang mengguyur seluruh penjuru London lebih dari satu jam yang lalu membuat orang malas untuk berada di luar ruangan. Di dalam sebuah Mini market tepat di samping toko yang menjual jasa mencuci pakaian. Terdapat beberapa orang dengan jaket tebal yang di pakainya untuk menahan hawa dingin masuk ketubuh mereka. 

Di dekat pintu masuk terdapat meja kasir dengan seorang wanita yang sedang menghitung total belanjaan dari pelanggan yang membeli banyak susu dan dua bungkus roti gandum. Sama seperti mini market pada umumnya di mini market ini juga menjual banyak kebutuhan para warga sekitar. Selain itu salah satu kelebihan toko yang sebenarnya tidak terlalu luas ini adalah toko ini menjual berbagai macam bumbu-bumbu masakan yang berasal dari beberapa negara asia.

Karena memang di sekitar kawasan jalan Hollnam terdapat banyak sekali pekerja yang berasal dari kawasan Asia. Bumbu-bumbu itu biasa di letakan pada rak yang ada di bagian belakang. Para pelanggan berjalan di dalam mini market itu untuk mencari sesuatu yang ingin mereka beli. 

Seorang wanita tua dengan rambut yang mulai memutih di kepalanya tengah memilih milih tepung terigu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun tepung dari kedua merek yang berbeda itu memiliki harga yang tidak terlalu jauh berbeda tapi wanita tua dengan goresan-goresan kulit yang sudah mulai mengkeriput di wajahnya itu tetap membandingkannya dengan sangat teliti.

Hingga akhirnya entah kenapa wanita itu memilih tepung yang harganya dua sen lebih mahal dari yang satunya. Wanita itu memasukan tepung yang dipilihnya kedalam keranjang merah tempat menaruh barang belanjaan para pelanggan. Selesai memilih wanita tua itu lalu berjalan dan mengantri di belakang seorang pria botak berbadan tegap yang tengah membayar minuman yang sudah di belinya. 

"Terima kasih." ucap Lena pada pria botak itu ketika memberikan kembalian yang sebelum dia pergi pria itu mengedipkan mata pada Lena. Wanita usia empat puluh tahun dengan rambut ikal sebahu itu sudah biasa menghadapi godaan dari para pria yang sama sekali tidak membuatnya tertarik.

Dengan mata berwarna biru serta kulit putih yang menutupi daging di tubuhnya membuat beberapa pria tertarik untuk mendekatinya. Tapi semua laki-laki yang mendekatinya selalu ia acuhkan hal ini dikarenakan ia masih saja mengingat akan mendiang suaminya yang telah pergi meninggalkannya setahun yang lalu.

Suaminya Sam Connly seorang pekerja di pabrik pembuat minuman berenergi. Sudah sejak lama Sam mengidap asma, setiap kali terkena asma istrinya Lena selalu menemaninya untuk berobat ke rumah sakit. Lena selalu telaten merawat suaminya itu. Ia tidak pernah lupa untuk mengingatkan suaminya meminum obat yang di berikan dokter di London Centro Hospital.

Tapi setahun lalu ketika asma yang di alami Sam kembali kambuh kondisinya setiap hari semakin memburuk. Di tempat kerjanya Sam di temukan sudah tidak sadarkan diri. Oleh pihak tempat ia bekerja ia di larikan kerumah sakit. Beberapa hari di rawat kondisinya semakin memburuk. Hingga akhirnya ia dinyatakan meninggal oleh dokter yang merawatnya. Sejak saat itu Lena yang harus memenuhi semua kebutuhan ia dan kedua anaknya.

"Sepertinya akan ada pesta." celetuk Lena sambil tetsenyum pada wanita tua yang membawa satu keranjang yang berisi penuh bahan-bahan untuk membuat kue.

"Ya... menantuku baru di promosikan di perusahaan tempat dia bekerja jadi kami akan mengadakan pesta kecil-kecilan. Padahal aku kurang suka dengan pekerjaanya.

"Oh ya kenapa dengan pekerjaannya," tanya Lena penasaran.

"Dia bekerja di perusahaan minyak. jadi dia akan bekerja pada proyek pengeboran minya di tengah laut sehingga ia sudah di pastikan akan lebih sering berada di tengah laut. Daripada berada dengan putriku."

Helena hanya tersenyum mendengar wanita itu mengeluh tentang pekerjaan menantunya. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini rasanya Lena ingin sekali menasehati wanita itu untuk bersyukur dengan keadaannya. Tapi ia melihat antrian dibelakang wanita tua itu semakin memanjang. Ia tidak ingin membuat pelanggan yang lainnya kesal dikarenakan harus mendengar semua keluhan dari wanita tua itu. Sehinga dengan cepat ia memasukan semua belanjaan yang di belinya ke dalam kantung pelastik.

"semuanya sepuluh pound lima sen," ucap Lena memberitahukan harga dari semua barang belanjaan sudah di beli wanita itu.

Wanita itu membayarnya lalu pergi dengan membawa dua buah kantung pelastik berisi penuh dengan bahan-bahan pembuat kue. Hujan sudah mulai reda namun awan kumulonimbus masih terlihat mengantung di atas langit kota London. Awan hitam itu menggantikan hujan lebat dengan rintik-rintik air yang jatuh dari langit. Genangan air terlihat di beberapa ruas jalan yang sedang di lalui oleh para warga. Sekarang tepat pukul jam satu siang waktunya Lena beristirahat.

"Anna, saatnya aku untuk beristirahat," ucap Lena pada Anna salah satu karyawan di minimarket itu.

"Ya aku tahu," ucap Anna cuek dan dengan malasnya menggantikan Lena yang memangya sudah waktunya ia untuk beristirahat. Lena pergi meninggalkan tempat kerjanya ia mengenakan mantel cokelat dengan sentuhan warna gelap hitam yang menutupi kerah besar pada mantel itu. Di luar, Kimmy teman dari Lena yang bekerja di toko laundry tepat di samping mini market sudah menunggu Lena sejak tadi. 

Lihat selengkapnya