WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #4

EMPAT

Mobil itu melaju kearah selatan Inggris meninggalkan perkotaan yang penuh dengan keramaian. Sudah dua jam mereka berkendara beberapa saat yang lalu mobil mereka melewati jalanan panjang yang di bagian kanan dan kirinya di tumbuhi pepohonan hijau yang menjulang tinggi ke atas. Aurell membuka jendela kaca mobilnya. Ia membiarkan udara segar masuk kedalam mobil. Kini mobil mereka melewati lahan gandum yang luas.

Sejauh mata memandang yang ada hanya lahan gandum terhampar luas di sisi kanan dan kiri jalan. Tidak lama setelah itu mobil kembali memasuki kawasan yang di tumbuhi pepohan besar. Mereka sudah bisa melihat adanya rumah-rumah warga. Mereka melewati sebuah super market yang di halaman depannya terparkir beberapa mobil milik pelanggan. Sandler membelokan mobil mereka ke arah kanan memasuki kawasan yang di penuhi oleh kedai-kedai makanan dan toko pakaian.

"Itu adalah gedung sekolah kalian," ucap Sandler sambil menunjuk kearah sebuah bangunan besar dengan tiang yang mengibarkan bendera Inggris.

"Apa kita sudah sampai," tanya Rupert yang sudah mulai bosan berada di dalam mobil.

"Belum sayang sebentar lagi kita sampai," jawab Sandler sambil tersenyum.

Lima belas menit kemudian Sandler memasuki sebuah halaman rumah. Ia mematikan mesin mobilnya dan segera keluar dari sana. Lena, Aurell dan Rupert juga keluar dari dalam mobil. Mereka secara bersamaan menatap sebuah rumah besar yang ada di hadapan mereka.

"Ini dia rumahnya," ucap Sandler.

Mata Lena terus saja terbelalak melihat rumah itu. Halaman rumah itu di tumbuhi oleh rumput hijau. Terdapat sebuah pohon besar yang rindang yang tumbuh di sisi sebelah kanan rumah. Sedangkan rumah itu sendiri. Dari luar nampak terlihat batu-batu alam yang sengaja di tempel pada tembok bagian bawah rumah itu. Bagian depannya memiliki beberapa jendela berkaca bening yang di tutupi oleh gorden putih dari dalam. Belum selesai dengan kekagumannya akan rumah besar itu. Sandler melangkah mendekati rumah itu.

Lena dan kedua anaknya langsung mengikuti Mr. Sandler meskipun tidak ada perintah darinya. Mereka menaiki dua buah anak tangga untuk masuk ke area teras. Sandler yang sudah ada di depan pintu langsung mengambil kunci yang ada di dalam saku celananya. Ia segera membuka pintu itu dan memimpin masuk kedalam rumah itu. 

Lena dan keduanya anaknya ternyata lebih kagum lagi ketika melihat bagian dalam rumah itu. Di dalam sana terdapat banyak benda-benda klasik. Ada sebuah sofa panjang yang dilapisi dengan kulit macan sintentis. Ada sebuah hiasan beberapa kepala binatang seperti rusa, beruang, harimau, kucing hutan. Lena melihat ke arah dinding yang memajang kepala-kepala binatang itu.

"Apakah ini asli ?" tanya Lena penasaran.

Sandler melangkah mendakati Lena yang masih terpana dengan sisi dinding yang di penuhi oleh kepala binatang. Pengacara itu berdiri tepat di samping Lena ia menyilangkan kedua tangannya kebelakang.

Lihat selengkapnya