Kini sudah beberapa hari mereka tinggal di sana. ketiga orang itu sudah beradaptasi dengan cepat di rumah baru mereka. Lena tengah menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya yang akan masuk ke sekolah baru mereka untuk yang pertama kalinya. Lena sudah mendaftarkan kedua anaknya di sekolah yang pernah di lihat oleh mereka ketika berada di pusat kota.
"Habiskan makananmu," ucap Lena pada Rupert yang sedang menyantap semangkuk sereal cokelat.
"Bu aku mau tambah serealnya," pinta Rupert yang terduduk di depan meja makan di dapur mereka yang besar. Lena dengan sigap mengambilkan sekotak sereal cokelat yang sudah terbuka. Ia menaruhnya di atas meja di hadapan Rupert. Anak laki-laki itu langsung menumpahkan sereal yang ada di dalam kotak itu kedalam mangkuk yang masih banyak sisa susu putih yang warnanya sudah mulai berubah cokelat. Sementara Aurell ia hanya sibuk membaca majalah khusus gadis remaja. Ia memakan roti lapis isi daging sambil membaca majalahnya.
"Kalian sudah pastikan membawa buku-buku yang benar," tanya lena. Tidak ada yang menjawabnya, di mulut Rupert penuh dengan sereal cokelat kesukaannya sementara Aurell masih sibuk membaca majalahnya.
"Ibu tidak akan bertanya dua kali," tegas Lena sedikit meninggikan suaranya.
Aurell menutup majalahnya. Ia menaruh sisa roti lapis buatan ibunya.
"Tenang bu aku sudah memebaca jadwal pelajarannya dengan benar," jawab Aurell.
"Bagaimana denganmu Rupert," tanya Lena.
"Ya sama dengan kakak," jawab Rupert polos.
Aurell mengajak Rupert pergi kesekolah. Lena mengantar mereka berdua sampai keteras. Seperti biasa Lena selalu mencium kening kedua anaknya sebelum mereka berangkat ke sekolah. Aurell dan Rupert berjalan berdampingan mereka harus berjalan hingga ke ujung jalan karena bus sekolah tidak melewati depan rumah mereka.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit dari rumah mereka untuk bisa sampai di tempat pemberhentian bus sekolah mereka. Mereka berjalan di atas trotoar. Melewati beberapa rumah warga yang memiliki halaman rumput dengan tiang-tiang yang terbuat dari kayu untuk menyangga sebuah rumah burung yang ada di halaman rumah mereka.
Aurell dan Rupert menunggu beberapa saat di sebuah halte. Rupert duduk pada kursi anti karat yang ada di halte itu. Sementara Aurell tetap berdiri sambil menanti kedatangan bus sekolah mereka. Lalu lalang kendaraan di desa itu tidak seramai seperti di tempat tinggal Aurell sebelumnya. Sejak tadi saja tidak lebih dari enam mobil yang melintas di depan halte itu.
"Itu dia," ucap Aurell ketika melihat bus sekolah yang akan menjemputnya datang. Rupert segera berdiri dari tempat duduknya. Ia mendekati kakanya yang sedang berdiri di dekat sebuah pohon yang sudah hampir mati. Bus itu berhenti tepat di depan halte. Aurell dan Rupert segera masuk kedalam bus yang pintunya sudah terbuka secara otomatis.
Rupert berjalan di depan kakanya. Mereka duduk di bagian kanan bus. Hanya ada beberapa murid sekolah saja yang ada di dalamnya. Supir pria yang memiliki kumis hitam di atas bibirnya itu kembali melanjutkan perjalannya. sekitar lima belas menit bus berhenti tepat di lingkungan sekolah. Mereka yang ada di dalam bis segera keluar dari sana.
Aurell dan Rupert berjalan di antara murid-murid sekolah yang lainnya. Di bagian luar gedung sekolah itu menggunakan batu bata berwarna merah yang sengaja di perlihatkan. Dengan dua pilar putih yang tidak terlalu tinggi serta pintu masuk yang terbuat dari kayu memberikan kesan klasik pada bangunan ini. Sekolah ini terdiri dari dua bagian.
Bagian sayap kanan merupakan sekolah dasar sementara pada bagian sayap kiri merupakan sekolah menengah pertama. Untuk menunjukan rasa nasionalisme sekolah ini mengibarkan bendera dengan tiang panjang yang ada di halamam depan sekolah ini. Aurell dan Rupert sudah berada di lobi sekolah.
"Baiklah kita berpisah di sini. Kau tahu kan kelasmu."