WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #6

ENAM

Malam sudah semakin larut. Aurell dan Rupert sudah tertidur pulas sejak tadi. Rupert selalu memeluk gulingnya ketika tertidur. Ia mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan kaos berlengan pendek serta celana panjang. Dinding kamar Rupert berwarna cokelat muda di salah satu dinding terdapat sebuah jendela yang tertutup. 

Lantainya di lapisi oleh kayu imitasi dengan warna cokelat yang jauh lebih gelap di bandingkan dengan warna pada dindingnya. Aurell dan Rupert menutupi tubuhnya dengan selimut. Sepi dan gelap suasana di dalam rumah itu. Rumah itu rasanya terlalubesar untuk di diami oleh mereka bertiga.

Suasananya sangat tenang tidak ada kebisingan yang bisa di dengar. Sepi.... sepi... dan sepi udara terasa sangat nyaman sekali. Tidak ada apapun di sini selain kesunyian. Gelap hampir menutupi seisi ruangan di rumah ini. Hampir terasa seperti sebuah rumah kosong yang sudah terbengkalai. Lena dan kedua anaknya tertidur sangat pulas di atas ranjang mereka yang empul.

"Duukkkk....ddduuuukkkk." Sebuah suara terdengar dari kejauhan.

"Dddduuuuukkkkk.....dduuuuukkkkkk......" 

Lena perlahan membuka matanya yang masih sangat berat. Sulit rasanya untuk bisa membuka kedua matanya. Tapi suara itu telah menganggu tidur nyenyaknya.

"Duuukkkkkkkk......dduuuukkkkk......"

Suara itu terdengar lagi. Kali ini lena membuka matanya dengan sangat lebar. Ia terbangun dari posisinya. Lena mengambil mantel dan langsung memakainya. Ia bertelanjang kaki dan melangkah. Ke arah pintu kamarnya.

"Ddukkkk...." 

Terdengar suara itu lagi. Lena menghentikan gerak tangannya ketika telapak tangannya sudah berada pada gagang pintu. Lena berhenti sejenak ia menarik naasnya sangat dalam. Kali ini suara itu terdengar sangat jelas di telinganya. Lena melangkah keluar dari kamarnya. Ia berdiri di sana seorang diri. Lena menatap ke segala penjuru ruangan untuk mencari sumber suara itu.

"Dduuuukkk."

Lena langsung berpaling ke arah kanan ketika suara itu kembali terdengar. Ia memberanikan diri untuk melangkah. Lena berjalan ke arah tangga yang ada sudut ruangan tengah. Lena menghentikan langkahnya. Ia terkejut ketika melihat.......

"Rupert....." ucap Lena. Matanya menatap tajam pada anak tangga yang menuju lantai dua. Ia melihat sebuah selimut yang menutupi tubuh seseorang. Lena tidak bisa melihat siapa yang ada di balik selimut itu. Tapi jika melihat dari ukuran tubuhnya ia menduga kalau itu adalah anak laki-lakinya.

"Rupert...." Lena kembali memanggil. Tapi tidak ada tanggapan sedikitpun dari orang itu.

Selimut itu menutup semua bagian tubuhnya hingga lena tidak bisa melihat siapa itu. Pencahayaan yang sangat minim membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas. Lena melangkah mendekati anak tangga itu. Namun.....

Selimut itu bergerak ke atas. Selangkah demi selangkah secara perlahan. Lena yang terkejut menghentikan langkahnya. Ia melihat selimut itu bergerak melangkah ke atas dengan pelan.

"Rupert... ini sudah malam nak," ucap Lena nada suaranya sedikit gemetar.

Selimut yang menutupi tubuh seseorang itu sudah berada tengah tangga. Selimut itu bergerak secara perlahan selangkah demi selangkah. Lena menelan ludahnya sendiri terlihat dari gerakan mendorong yang terlihat dari tenggorokannya. Lena dengan cepat melangkah menghampiri selimut itu. 

Ia bergerak cepat menaiki anak tangga untuk mendekati selimut itu yang sudah hampir berada di atas. Lena langsung mencengkram selimut itu dengan kuat lalu menariknya. Selimut itu berkibar seperti sebuah bendera yang terkena hembusan angin. Mata lena terbelalak sangat besar ketika ia tidak melihat ada siapapun di balik selimut itu. 

Lena mendesah ia seperti orang linglung yang kehilangan arah. Ia membuka matanya lebar-lebar. Lena mencari seseorang yang seharusnya ada di balik selimut itu. Tapi ia tidak mendapati siapapun di sana. Lena dengan cepat berlari ke lantai dua. Ia segera menuju kamar Rupert. 

Lena berlari seperti seorang atlet. Ia segera membuka pintu kamar anak laki-lakinya itu dengan sangat lebar. Lena lebih terkejut lagi ketika mendapati Rupert sedang tertidur dengan pulasnya di atas kasur. Napas Lena terengah engah ia megenggam sisi pintu dengan kuat. 

Ia kemudian berjalan cepat ke kamar Aurell yang bersebelahan dengan kamar Rupert. Lena membuka pintu kamar Aurell dengan lebar. Matanya kini melihat dengan jelas Aurell masih tertidur di atas ranjangnya dengan sebuah selimut tebal yang masih menutupi tubuhnya. Lena menundukan kepalanya ia berpikir dengan apa yang baru saja di lihatnya. 

Napasnyanya masih terengah-engah. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding. Sesaat kemudian Lena kembali melangkah menuju tangga. Lena menuruni anak tangga itu satu demi satu. Lena melewati selimut yang masih tergeletak di tangga. Sambil berjalan ia memperhatikan selimut itu dengan kedua matanya. 

Ia menyentuh tengkuknya, bulu kuduk rena berdiri ketika melewati selimut itu. Lena berjalan ke arah dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil air putih dingin yang ada di dalam botol kaca. Lena menuangkannya ke dalam gelas yang baru saja di ambilnya di dekat wastafel tempat ia biasa mencuci piring.

Lena dengan cepat meminumnya. Tenggorokannya terasa kering sekali. Lena tanpa ampun langsung menghabiskan minuman itu. Napasnya masih sedikit tersengal-Sengal. Lena duduk sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia mencoba mengatur napasnya untuk menenangkan dirinya.

Keringat muncul di dahinya. Ia sedikit merasa kepanasan. Lena mengkibas-kibaskan telapak tangannya ke arah mukanya agar ada sedikit angin yang berhembus dan menghilangkan keringat yang muncul di dahi dan lehernya.

"huuffhh... aku pasti kelelahan," ucap Lena pelan.

Ia kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya. Lena berbaring di atas kasurnya. Kali ini ia menyingkirkan selimutnya. Rasa panas yang di alaminya membuat lena enggan memakai selimutnya.

Lihat selengkapnya