WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #7

TUJUH

Lena dan kedua anaknya sudah berada di dalam sebuah super market. Mereka berjalan di antara rak-rak yang berisi penuh dengan makanan. Lena mendorong sebuah keranjang yang terbuat dari besi ringan yang di bawahnya terdapat empat buah roda. Lena memilih-milih beberapa bumbu masakan yang ada pada rak di hadapannya. Lena memilih bumbu penyedap yang ada di dalam botol bening lalu memasukannya kedalam keranjang dorong. 

Di dalam keranjang itu sudah hampir penuh dengan makanan yang memang menjadi kebutuhan mereka. Ada beberapa mie instan dengan berbagai macam rasa. Ada sebungkus besar nuget, sosis beberapa potongan ayam dan juga bumbu-bumbu yang akan membantu masakan mereka menjadi lebih sedap.

"Bu aku ingin buah-buahan." Rupert meminta Lena untuk membelikannya buah-buahan. Lena langsung mendorong keranjangnya dan berjalan ke area yang menyediakan buah-buahan segar. Aurell dan Rupert berlari kecil ke arah tumpukan buah yang di susun dengan rapih. 

Aurell memegang apel merah dan memeriksanya dengan teliti. Ia mengambil pelastik putih pembungkus buah yang di sediakan di sana lalu Aurell memasukan beberapa buah apel merah ke dalam pelastik itu. Sementara Rupert ia memilih buah anggur hijau yang masih menempel dengan tangkainya. 

Tanpa memperhatikan terlebih dahulu seperti kakanya Rupert langsung saja memasukan anggur itu kedalam pelastik putih yang baru di ambilnya. Lena yang berdiri di antara mereka hanya diam saja memperhatikan kedua anaknya yang tengah sibuk memilih-milih buah yang di inginkan oleh anaknya.

"Yang ini lebih bagus," ucap Lena membantu Rupert memilih buah anggur hijau yang akan di masukan kedalam pelastik.

"Aku rasa ini sudah cukup." Aurell langsung memasukan apel merah yang sudah ada di dalam pelastik putih kedalam keranjang dorong yang di pegang oleh ibunya. Rupert juga langsung memasukan buah yang dipilihnya ke dalam keranjang dorong itu.

Mereka lalu berjalan menuju bagian pembayaran. Lena langsung memindahkan semua barang belanjaanya ke atas meja kasir untuk di hitung oleh seorang wanita muda yang berkerja sebagai petugas kasir. Lena membayar semua barang belanjaan mereka dengan kartu debit miliknya. Kini ia bisa menggunakan kartu debit miliknya tanpa perlu berpikir berkali kali lagi seperti dulu. 

Semua uang yang di wariskan kepadanya kini sudah masuk kedalam rekeningnya. Sehingga ia bisa menggunakan kartu itu tanpa takut akan kekurangan uang. Aurell membawakan satu kantung pelastik berisikan belanjaan mereka dan sisanya dua kantung lagi di bawa oleh Lena. Mereka bertiga kemudian pergi dari sana dan kembali ke rumah mereka yang besar.

Mereka bertiga menggunakan bus untuk kembali pulang kerumah mereka. Lena dan ke dua anaknya harus turun di halte yang biasa menjadi tempat Aurell dan Rupert menunggu bus sekolah mereka. Lena berjalan di belakang kedua anaknya ia membawa dua buah kantung berisi makanan dan beberapa bumbu masakan. Mereka harus berjalan kaki dari halte untuk bisa sampai kerumah mereka. 

Udara terasa dingin angin yang berhembus membuat rambut Lena yang terurai panjang menjadi berantakan. Ia tidak bisa menyempatkan dirinya untuk sekedar merapihkan rambutnya. Kedua tangannya sudah penuh untuk memegang dua kantung pelastik berisi makanan. Rupert sampai terlebih dahulu di teras rumahnya.

Aurell membantu ibunya dengan mengambil satu kantung pelastik itu. Ia membiarkan ibunya jalan terlebih dahulu menaiki beberapa anak tangga untuk bisa sampai di teras.

Lena merogoh kantung jaket berwarna cokelat yang di kenakannya ia mengambil kuci rumah yang ada di dalam kantung jaketnya. Ia memasukan kunci itu ke dalam lubang kecil yang ada pada pintu. Lena mutar-mutarkan kuci itu berkali kali namun pintu itu tidak terbuka. Ia mencobanya hingga berkali kali namun tetap saja pintu sulit terbuka dan masih tertutup rapat.

"Apakah pintunya rusak," tanya Aurell.

"Entahlah. Ibu juga tidak tahu." Lena mencoba mencabut kuci itu dan kembali memasukannya. Ia lalu memutarkan kuci itu untuk membuka pintu depan rumah mereka yang terbuat dari kayu yang di cat dengan warna cokelat gelap. Pintu itu masih tertutup rapat dan ia masih terus mencobanya berkali kali.

Lihat selengkapnya