WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #10

SEPULUH

Bintang-bintang sudah menggantung di atas langit. Menghiasi malam sepi dengan kerlap-kerlipnya yang menyilaukan. Lena dan kedua anaknya sudah terbaring tidur di dalam kamar mereka. Suasana rumah besar peninggalan nenek Lena sangat sepi dan gelap. Lena hanya membiarkan lampu di beberapa ruangan saja yang menyala. 

Lena sedikit meringkuk ia merasa kedinginan malam itu. Selimut tebal yang menyelimuti dirinya tak mampu menahan udara dingin yang masuk ke dalam kamarnya. Lena masih tertidur pulas, tubuhnya di bungkus oleh selimut yang mencoba memberikan rasa hangat pada tubuhnya.

Air tiba-tiba saja muncul dari dalam lantai dan dengan cepat semakin naik keatas. Entah datangnya darimana tapi air itu sudah memenuhi sebagian kamar. Air mulai sampai pada kasur Lena dan membasahi tubuh Lena yang sedang terlelap tidur. Air semakin meninggi dengan cepat dan menenggelamkan tubuh Lena di dalam kamarnya. 

Lena terbatuk dan menciptakan gelembung air. Ia terbatuk-batuk dan tidak bisa bernapas. Lena membuka matanya. Ia terkejut sudah tenggelam di dalam air. Lena menahan napasnya yang membuat pipinya sedikit cembung. Ia menggerakan kaki dan tangannya untuk berenang ke atas tapi air itu sudah memenuhi semua sudut di dalam kamarnya. Lena lalu berenang menuju pintu kamarnya.

Ia mencoba membuka pintu kamarnya yang terkunci. Lena memegang gagang pintu dengan kuat untuk membukanya. Berkali-kali ia berusaha dengan kuat untuk membuka pintu itu namun hasilnya nihil. Gelembung-gelembung air mulai keluar dari dalam mulutnya. Ia mulai kehabisan oksigen ia merasakan sakit di dalam dadanya.

Lena sedikit kejang, udara sudah tidak ada di dalam paru-parunya. Ketika ia sedang menahan rasa sakit tiba-tiba pintu kamar yang ada di hadapannya terbuka lebar. Lena melihat Rupert sudah berada di luar kamarnya. Rupert hanya berdiri di sana sambil sedikit tersenyum pada ibunya. Meskipun pintu kamar sudah terbuka lebar tapi air yang ada di dalam kamarnya tidak mengalir keluar.

Seperti ada sebuah medan gaya yang menghalangi air itu untuk keluar dari dalam kamarnya. Lena mencoba untuk berenang ke arah luar tapi rasanya terlalu berat. Ia sudah kehilangan tenaganya. Lena mulai kejang-kejang ia merasakan sakit di dalam tubuhnya. Air masuk ke dalam tubuh Lena. Ia sudah tidak bisa lagi menahan sakitnya.

Lena lalu memejamkan matanya dengan kuat sambil menahan rasa sakit. Tanpa sadar Lena membuka matanya kembali. Napasnya terengah-engah ia sudah berada di atas kasurnya. Lena menghela napasnya ia merasa itu hanya sebuah mimpi. Tapi ketika ia menundukan kepalanya ia baru tersadar dirinya sudah basah kuyup. Rambut lena lepek seperti habis terkena hujan.

Pakaian tidur yang di kenakan olehnyapun basah. Kasur yang sedang di dudukinya juga basah. Lena melihat ke arah lantai kamarnya tapi ia tidak melihat ada sedikitpun jejak air di sana. Hanya dirinya dan kasur tidurnya saja yang basah. Lena merasa aneh ia bingung apakah itu mimpi atau sebuah kenyataan. Ia kembali menghela napasnya ia tidak mengerti dengan apa yang sedang di alaminya.

*****

Lena terbangun dari tidurnya ia tidur di atas sebuah sofa yang ada di dalam kamarnya. Matahari sudah bersinar cahayanya masuk melalui celah-celah pada gorden yang menutupi bagian jendela kamarnya. Lena berjalan ke arah kasurnya. Ia menyentuh kasur itu dengan tangannya ia merasa heran tangannya kering tidak ada air sama sekali. Ia terduduk di atas kasurnya Lena sedikit berpikir dengan apa yang di alaminya semalam. 

Ia menguap membuka mulutnya lebar-lebar hingga udara masuk ke dalam paru-parunya. Lena merenggangkan tubuhnya. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas beberapa detik lalu menurunkannya kembali. Lena mengambil gelas yang berisi air putih. Ia membuka tutup gelas itu lalu meminumnya. Lena akhirnya berdiri dari tempat tidurnya ia berjalan ke arah gorden yang menutupi jendela. 

Lena membukanya ia membiarkan cahaya matahari masuk dan menerangi kamarnya. Aurell merapihkan rambutnya dengan sisir hitam ia duduk di depan meja riasnya. Disana terdapat beberapa kosmetik khusus gadis. Selesai merapikan rambutnya Aurell mengambil bedak yang sebenarnya khusus bayi. 

Ia mendempulkan bedak ke wajahnya Aurell menggunakan telapak tangannya untuk merapikan bedak yang menempel di wajahnya. Aurell mengenakan kaos putih berlengan pendek serta celana pendek yang hanya sampai di atas lutut kakinya. Ia kembali merapihkan rambutnya kali ini dengan tangannya. 

Ia lalu berdiri dan melangkah pergi keluar dari kamarnya. Aurell membiarkan pintu kamarnya terbuka. Ia berjalan ke arah kamar adiknya. Pintu kamar Rupert juga terbuka lebar Aurell hanya berhenti sejenak untuk melihat kamar Rupert. Tadinya ia ingin mengajak adiknya turun ke bawah. Namun ketika Aurell melihat kamar adiknya kosong ia lalu kembali berjalan menuruni tangga. 

"Kau ingin menambah serealmu," tanya Lena pada Rupert yang sedang memakan serealnya yang di campur dengan susu cokelat.

"Tidak, ini cukup," jawab Rupert.

Lena duduk di samping anaknya itu ia menatap sambil tersenyum padanya. Lena merapikan rambut Rupert yang sedikit berantakan. Aurell datang dan langsung duduk di sana. Ia melihat adiknya sudah duduk di sana dan menikmati makannya. Aurell mengambil selembar roti gandum ia mengoleskan selai cokelat di atasnya. Aurell lalu melahapnya sampai habis.

"Apa kau sudah baikan." Aurell menanyakan ke adaan Rupert yang sepertinya terlihat jauh lebih baik.

Rupert hanya menganggukan kepalanya. Di dalam mulutnya masih banyak sereal yang di kunyah olehnya. Lena memberikan segelas susu hangat pada anak perempuannya. Aurell segera meminumnya ia tidak meminumnya sampai habis Aurell masih menyisakan susu putih itu setengah di dalam gelasnya.

"Ayo kita pergi," ajak Aurell ia segera mengambil tasnya yang di simpan di atas kursi di sebelahnya. Rupert dan Aurell beranjak dari tempatnya berjalan keluar. Sementara Lena mengikutinya dari belakang ia selalu mengantar kedua anak ya sampai di teras. Aurell yang berjalan di depan membuka pintu depan rumahnya. 

Rupert dan Lena mengikutinya dari belakang mereka berjalan melangkah keluar. Aurell terkejut ia membuka matanya lebar-lebar. Rupert dan lena seakan tidak percaya dengan apa yang di lihat oleh mata mereka di bawah sana. Di halaman depan rumah mereka banyak kucing-kucing yang mendiami halaman rumah mereka. 

Sebagian besar kucing-kucing itu berwarna hitam hanya ada beberapa kucing saja yang berwarna lain seperti abu-abu dan cokelat. Jumlahnya sangat banyak di perkirakan ada lebih dari lima puluh ekor. Dan yang lebih aneh lagi semua kucing-kucing itu menghadap ke arah rumah Lena.

"Bu....kenapa mereka bisa ada di sini," tanya Aurell bingung melihat lautan kucing sudah memenuhi halaman rumahnya.

Lena masih terkejut ia tidak bisa menjawab apa yang di tanyakan oleh anaknya. Ia mengerutkan dahinya dan menatap tak percaya ke arah halaman rumahnya. Semua kucing yang ada di sana menatap tajam ke arah rumah Lena. Kucing-kucingi itu diam tak beranjak pergi dari tempatnya. 

Ada seekor kucing yang tiba-tiba bergerak di tengah-tengah gerombolan kucing yang diam mematung. Kucing dengan bulu berwarna abu-abu itu mendekati rumah Lena. Lena dan kedua anaknya hanya diam memperhatikan kucing itu berjalan.

Mata mereka selalu bergerak mengikuti arah berjalannya hewan berbulu itu. Kucing itu berjalan ke arah tangga dan menaikinya. Hingga pada akhirnya makhluk itu sudah berada di atas teras. Hewan kecil dengan mata hitam serta ekornya yang panjang itu mendekati mereka bertiga yang masih terus memperhatikan kucing yang ada di hadapan mereka. 

Lihat selengkapnya