WARISAN DEBORAH

Frasyahira
Chapter #12

DUA BELAS

Di pinggir danau di belakang rumah Lena, Glen dan Aurell sedang memancing. Sementara Lena dan Nancy duduk di sebuah kursi kayu yang ada di tidak jauh dari danau. Di atas meja kayu sudah tersedia beberapa kudapan yang di bawa oleh Nancy dari rumahnya. 

"Apa kau yakin di sini ada ikannya," tanya Aurell tidak sabaran. Sudah sekitar dua puluh menit mereka di sana tapi tidak ada satupun yang menyentuh umpan mereka.

"Biasanya hanya dalam beberapa menit aku pasti langsung mendapatkan ikan. Tapi entah kenapa saat bersamamu ikan-ikan itu enggan mendekat," jawab Glen sambil tersenyum kecil.

Aurell menatap wajah Glen kesal. " Maksudmu aku pembawa sial." 

Glen hanya tersenyum tanpa menjawab pernyataan dari Aurell. 

"Jangan-jangan ikan-ikan itu di makan oleh mereka." 

"Oleh mereka," ucap Aurell 

"Ya mereka... aku pernah dengar cerita dari Nenekku pada masa perang dunia ke dua. Banyak orang-orang tidak bersalah di bunuh oleh para tentara. Dan untuk menutupi jejak. Mereka membuang orang-orang yang mereka bunuh ke dasar danau." Rupert menarik tali pancingnya ia mengganti umpannya dengan yang baru. Ia lalu melemparnya kembali ke tengah danau.

"Jadi mungkin mereka di dasar danau kelaparan dan memakan ikan-ikannya," ucap Glen berusaha meyakinkan Aurell akan cerita bohongnya.

Aurell menatap sinis pada Glen yang duduk di sampingnya. Ia mencurigai laki-laki itu berbohong padanya. 

"Bagus Glen, cerita bohongmu sangat membuatku takut," ujar Aurell sambil menggelengkan kepalanya. Ia sangat tidak mempercayai cerita yang baru saja di katakan oleh Glen.

"Kau tidak percaya, aku berkata jujur." Glen berusaha meyakinkan Aurell ia tertawa ketika mengucapkan kata-katanya untuk meyakinkan Aurell. 

Angin berhembus sangat kencang membawa udara dingin yang membuat tubuh Aurell sedikit kedingingan. Angin mengerakan ranting-ranting pohon menciptakan suara gesekan ranting dan dedaunan yang masih menempel pada dahan pohon. Tercipta gelombang kecil ketika angin itu berputar-putar di atas permukaan danau. Permukaan air danau yang semula tenang menjadi bergerak tak beraturan. Aurell dan Glen memegang alat pancing mereka agar tidak terbawa angin.

Rupert memejamkan matanya ketika angin menerpa wajahnya. Rupert sedang terduduk di atas sebuah ayunan di halaman rumput tidak jauh dari Lena dan Nancy yang sedang mengobrol. Rupert dengan pelan mengerakan ayunan itu. Ia membiarkan dirinya terbawa kedepan dan kebelakang oleh ayunan yang sudah ada sejak mereka pindah kesini. Rupert menikmati hembusan angin yang datang ke arahnya. Ia menyandarkan kepalanya pada tali rantai yang mengikat bangku dengan tiang penyangganya. 

"Apa kau sakit," tanya Nancy.

"Oh...tidak aku hanya sedikit kelelahan." Lena menyentuh pipinya dengan telapak tangannya. Ia meminum air putih yang ada di depannya. Ia memperhatikan Aurell dan Glen tengah asik memancing di pinggir danau meskipun sejak tadi tidak ada satupun ikan yang mereka dapatkan. Ia lalu memperhatikan anak laki-lakinya yang duduk di atas sebuah ayunan tua. Lena sedikit tersenyum melihat Rupert begitu menikmati ayunan itu.

"Dimana yang lainnya?" tanya Lena menanyakan keberadaan teman-teman barunya.

"Jessy dia sibuk dengan anaknya yang terkena demam. Elinna di pergi menemui ibu mertuanya sementara Lucy dia adalah seorang penulis lepas di surat kabar kota dia menemui pemimpin redaksinya untuk membicarakan soal pekerjaannya," ungkap Nancy ia memakan biskuit cokelat yang di bawanya dari rumah. 

Nancy merapihkan rambut panjangnya yang tertiup oleh angin hingga membuatnya menjadi berantakan. Lena dan Nancy melanjutkan obrolannya sesekali Lena tertawa ketika mendengar cerita yang di ucapkan oleh Nancy. Untuk ukuran wanita usia empat puluhan memang Nancy terlihat sangat ekspresif ia mudah membuat orang lain tertawa mungkin itu juga yang menjadi alasan ia memiliki banyak teman. Dan sepertinya bakat itu menurun pada anaknya Glen. Terkadang Glen kerap kali melakukan hal-hal konyol hingga membuat teman-teman di kelasnya tertawa termasuk Aurell. 

Rupert yang merasakan hembusan angin dengan cara menutup matanya terlihat sangat tenang. Ia menggunakan kedua kakinya untuk membuat ayunan itu bergerak. Helai-Helai rambut yang ada di bagian depan kepalanya tersibak karena hembusan angin. Rupert masih menyandarkan kepalanya pada rantai yang terbuat dari besi. Perlahan ia membuka matanya suasana seketika menjadi berubah. 

Rupert mengusap-ngusap kedua bola matanya yang kecil. Dimatanya seakan warna menjadi lebih kelam.Ia tidak melihat ada siapa-siapa di sana. Rupert tidak melihat ibunya dan juga Nancy yang padahal sebelumnya duduk tidak jauh darinya. Ia juga sudah melihat keberadaan Aurell dan Glen yang semula ia lihat berada di pinggir danau.

"Aku ingin main ayunan." Rupert berpaling ia melihat gadis kecil berusia enam tahun berlari ke arahnya. Gadis itu berpakaian putih ada sebuah jepit rambut berbentuk bunga matahari yang menempel di atas kepalanya. Gadis itu berlari ke arahnya dan langsung duduk di atas dudukan ayunan yang sedang di duduki oleh Rupert. Ia terkejut ketika gadis itu menembus dirinya. 

Rupert langsung tersungkur jatuh ke tanah. Gadis kecil itu malah asik bermain dengan ayunan yang di rebutnya dari Rupert. Tiba-tiba datang seorang pria yang berlumuran darah pria itu berjalan cepat ke arah gadis kecil yang sedang bermain ayunan. Pria itu berdiri tepat di hadapan gadis kecil yang masih polos itu.

"Bangun..." ucap Laki-laki itu.

Lihat selengkapnya