Hari sudah gelap, Aurell sedang bersiap-siap di kamarnya. Ia duduk di depan meja riasnya. Ia merapihkan rambut dengan sisir miliknya. Lalu ia menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
"Tokk...tookkkk...ttookkk." Terdengar suara ketukan di pintu depan rumah. Rupert yang sedang menonton televisi seorang diri di ruang tengah. Langsung berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu.
"Hei Rupert kakakmu ada," tanya Glen yang berdiri di teras depan.
Rupert hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Glen. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan membiarkan Glen berjalan mengikutinya. Ini adalah pertama kalinya Glen masuk ke dalam rumah itu yang padahal sudah lama berdiri di depan rumahnya. Glen mengikuti Rupert berjalan ke ruangan tengah. Ia berhenti di sana dan membiarkan Rupert tetap berjalan untuk memanggil kakaknya. Rupert berjalan hingga ke ujung anak tangga yang ada di bawah.
"Aurell Glen ada disini." Rupert sedikit berteriak di ujung tangga bawah. Ia mendongakan kepalanya ke atas agar suaranya semakin terdengar.
Aurell yang sedang duduk di depan meja riasnya langsung berdiri ketika mendengar suara Rupert. Aurell sudah mengenakan sepatu, kaos hitam dan celana jeans. Ia menuruni anak tangga hingga sampai di bawah.
"Rupanya kau sudah datang Glen." Lena tiba-tiba muncul di belakang. Ia sejak tadi ada di dapur dan langsung menghampiri Glen ketika mendengar suara Rupert yang kencang.
Glen tersenyum malu pada Lena yang ada di belakangnya.
"kita pergi sekarang," ucap Aurell.
Glen berbalik dan langsung berjalan ke arah depan. Lena mengikuti kedua anak itu untuk mengatarnya sampai teras rumahnya.
"Ingat jangan lebih dari jam sembilan." Lena mengingatkan peraturan yang di berikan kepada mereka berdua.
"Baik Mrs. Lena," ucap Glen sambil tersenyum ramah pada ibunya Aurell.
Lena hanya mengantar mereka sampai di teras rumahnya. Ia masih memperhatikan Aurell dan Glen yang sedang berjalan di jalanan beraspal. Ia kemudian masuk ke dalam rumahnya ketika melihat Aurell dan Glen sudah semakin jauh.
Lena menghampiri Rupert yang sedang menonton di atas sebuah sofa yang ada di ruang tengah. Ia lalu duduk di sofa yang posisinya saling bersinggungan dengan sofa yang sedang di duduki oleh Rupert.
"Kau ingin makan sesuatu sayang," tanya Lena pada Rupert.
Rupert berpikir sejenak ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa yang empuk.
"Bagaimana kalu roti bakar isi cokelat," ujar Rupert
"Baiklah Roti bakar isi cokelat segera di siapkan." Lena tersenyum kecil ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Sementara itu Rupert kembali menonton sebuah tv series yang di gemarinya.
Aurell dan Glen berjalan kaki menuju pasar malam yang berada di dekat sebuah taman bernama buckhin. Lena dan Glen melewati halte bus yang biasa menjadi tempat pemberhentian bus sekolah mereka. Sekitar berjalan kaki sepuluh menit dari halte bus itu mereka sudah sampai di sebuah pasar malam yang ramai. Pasar malam itu berada tepat di sebelah taman buckhin.
Aurell dan Glen langsung masuk ke area pasar malam yang sangat ramai dengan orang-orang berbeda jauh dengan tempat tinggal mereka yang sepi. Mimik wajah yang ceria terpancar di wajah Aurell. Ia langsung mencoba satu persatu wahana yang ada di sana. Aurell mencoba permainan melempar bola dengan target tumpukan kaleng yang di susun seperti piramida.
Aurell melempar bola yang ada di tangannya dengan kencang dari tiga bola Aurell hanya bisa menjatuhkan empat buah kaleng. Glen lalu mencoba ia menyipitkan matanya terlebih dahulu sebelum melampar. Glen sedang menghitung jarak dan kecepatan angin. Ia terlihat seperti seorang ahli membuat strategi.
"Terlalu banyak gaya," ucap Aurell pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Glen melempar bola itu yang langsung menjatuhkan semuanya. Ia hanya menggunakan dua bola untuk bisa menjatuhkan semuanya. Aurell hanya diam ia malu untuk mengakui kehebatan temannya itu. Glen tersenyum lepas ia senang bisa menjatuhkan semua kalengnya. Pria muda penjaga wahana permainan lempar bola itu memberika Glen dua buah permen kapas berwarna putih dengan ukuran yang besar.
"Terima kasih," ucap Glen pada laki-laki itu. Ia memgambil permen kapas itu lalu memberikannya satu pada Aurell.