Pagi kembali datang membawa sinar matahari yang hangat. Rerumputan hijau yang tumbuh di perkarangan rumah masih basah karena hujan semalam yang sangat deras. Lena mencium kening Aurell dengan lembut. Ia lalu mencium kening Rupert. Mereka bertiga berada di teras. Sekarang waktunya untuk kedua anak Lena berangkat sekolah. Glen mengangkat tangan kananya ke atas ketika melihat Aurell berjalan di perkarangan rumahnya. Glen menunggu sambil tersenyum di seberang jalan.
"Semalam hujan lebat sekali ya," ucap Glen.
Aurell hanya diam tidak membalas sapaan ramah dari temannya. Aurell hanya berjalan sambil diam tak bersuara. Glen merasa aneh ia merasa apa dirinya membuat suatu kesalahan pada Aurell hingga Aurell tidak mau membalas sapaannya. Glen berusaha untuk berpikir positif ia lalu berjalan di belakang Rupert. Mereka bertiga pergi kesekolah dalam suasana yang hening. Tidak ada satupun yang bicara di antara mereka bahkan ketika di dalam bus sekolahpun mereka masih saling diam.
Lena berada di dalam rumah Nancy. Ia menceritakan semua kejadian yang tadi malam ia alami. Lena menggenggam segelas susu cokelat hangat yang di berikan oleh Nancy. Dari mimik wajah Nancy ia sangat merasa tertarik dengan cerita yang di ceritakan oleh Lena.
"Sepertinya aku tahu siapa yang bisa membantumu," ucap Nancy.
Lena mengganti posisi duduknya tubuhnya menyamping ke arah Nancy.
"Siapa?" tanya Lena penasaran.
"Mrs. Jell," ucap Nancy ia menatap mata Lena dengan keyakinan.
"Mrs. Jell dia kan wali kelas Rupert," ucap Lena terkejut.
Nancya lalu menceritakan apa yang pernah di alami oleh Glen sewaktu kecil. Lena mendengarkan cerita Nancy sampai habis. Ia sedikit ragu dengan cerita itu dan lagi ia juga sebelumnya tidak pernah berhubungan dengan paranormal. Lena berpikir untuk mencari cara lain tapi otaknya seperti sulit untuk di ajak berpikir.
Ia mencoba keras untuk menemukan cara lain tapi kejadian semalam telah mengacaukan sistem kerja otaknya. Sejak tadi ia berpikir tapi tidak ada satupun cara lain yang bisa ia temukan. Lenapun pada akhirnya menyerah ia menyetujui usulan Nancy untuk meminta bantuan dari Mrs. Jell. Lena kembali meminum susu cokelat hangat yang membuat dirinya terasa jauh lebih tenang.
*****
Lena mendatangi sekolah Rupert. Ia masuk ke dalam koridor dan menuju ruang guru. Lena berdiri di depan ruang guru ia melihat ke sana kemari untuk mencari wali kelas anaknya.
"Ibu. Rupert."
Terdengar suara seorang wanita dari arah belakang Lena. Ia segera berbalik untuk melihat siapa yang menyapanya. Lena terkejut ketika melihat Mrs. Jell sudah berdiri di belakangnya. Ia sedikit canggung untuk mulai berbicara tapi sepertinya Mrs. Jell bisa melihat keraguan dari wajah Lena.
"Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan. Lebih baik kita bicara di depan," ucap Mrs.Jell.
Mereka berjalan ke depan sekolah. Lena hanya mengikuti guru itu dari belakang ia tidak tahu mau di bawa kemana dirinya. Ia hanya diam tanpa berani bertanya. Mrs. Jell dan Lena sudah duduk di sebuah kursi kayu yang memanjang yang ada di pinggir lapangan basket. Angin berhembus ketika mereka berdua duduk di sana. Mrs. Jell menunggu Lena untuk berbicara ia menatap mata Lena yang bergerak tak beraturan. Lena menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Aku mendengar cerita mengenaimu melalui Nancy. Ia bilang kau bisa membantuku," ucap Lena.
"Kalau kau meminta bantuanku ini pasti berhubungan dengan sesuatu yang gelap," ucap Mrs. Jell.
Lena menatap mata guru itu. Melalui matanya ia mengirimkan pesan bahwa ia sangat membutuhkan pertolongan dari Mrs. Jell.
"Ini lebih dari itu. Lebih besar dari kegelapan...." ujar Lena ia mulai menceritakan apa yang terjadi malam itu. Mrs. Jell hanya diam mendengarkan semua ketakutan yang di ceritakan oleh ibu dari muridnya itu. Sesekali Mrs. Jell mengerutkan alisnya seakan ia bisa merasakan ketakutan yang di alami oleh Lena. Mrs. Jell menghela napasnya ketika Lena selesai menceritakan semua hal-hal mistis yang dia dan kedua anaknya alami.
"Ibu Rupert kau pasti sangat ketakutan. Aku tahu itu.... Aku dan temanku akan datang berkunjung ke rumahmu malam ini," ucap Mrs. Jell
"Terima kasih, terima kasih...." Lena menyentuh tangan guru itu dengan lembut. Ia merasa sangat berterima kasih dengan Mrs. Jell
Malam sudah menaungi dataran inggris yang dingin. Cahaya rembulan membuat suasana malam ini sangat syahdu. Lampu-lampu taman sudah menyala menerangi mereka yang sedang duduk berduaan dengan pasangan mereka. Angin yang berhembus mengerakan tanaman yang tumbuh di dalam sebuah pot di depan rumah Lena. Di sudut jalan ada sebuah mobil sedan berwarna cokelat dengan sentuhan warna perak di bagian tengah kap mobil itu.
Di dalamnya sudah duduk dengan tenang dua orang dewasa yang duduk di bagian depan. Dan seorang pria yang terlihat masih muda duduk di bagian belakang. Mobil itu di kendarai oleh seorang pria yang rambutnya sudah di tumbuhi oleh uban pria itu memiliki jenggot yang juga berwarna putih. Di samping pria itu duduk Mrs. Jell yang memakai mantel hitam serta celana panjang cokelat dan sepatu hitam dengan hak setinggi dua sentimeter.
"Kau selalu melibatkanku dalam bahaya Jell sepertinya kau memang sengaja," ucap pria itu yang empat tahun lebih tua dari Mrs. Jell.
Mrs. Jell hanya tersenyum manis mendengar pria itu bicara.
"Bukankah kau suka dilibatkan dalam bahaya. Makannya aku menjadikanmu rekanku selama dua puluh lima tahun terakhir ini," ucap Mrs. Jell
Pria itu membuka jendela pintu mobil yang ada di sampingnya. Ia merasakan hembusan angin malam yang dingin dengan telapak tangannya yang ia keluarkan di jendela. Mobil sedan itu berhenti tepat di halaman rumah Lena yang luas. Ketiga orang itu langsung keluar dari dalam mobil.
Mrs. Jell dan pria berambut putih itu berdiri tepat di depan rumah Lena yang besar. Mereka memperhatikan rumah Lena dengan serius Mrs. Jell dan pria itu saling tatap mimik wajah mereka terlihat aneh. Mrs. Jell menganggukan kepalanya sangat pelan kepada pria itu. Pria itu hanya diam ia seolah mengerti dengan anggukan kepala dari temannya itu.
"Tookkkk...tooookkkkk...."
Terdengar suara pintu di ketuk. Lena dan kedua anaknya yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi langsung teralihkan pandangan mereka. Lena berdiri dan segera melangkah menuju pintu. Ia membuka pintu itu dengan lebar. Lena tersenyum ketika melihat Mrs. Jell yang ada di balik pintu. Lena dan Mrs. Jell saling berpelukan seolah mereka adalah sahabat yang sangat dekat.
"Silakan masuk," kata Lena
"Udara di luar dingin sekali," ucap Mrs. Jell lalu membuka kedua sarung tangannya dan memasukannya ke dalam mantel yang sedang di kenakannya.
"Oh ya, perkenalkan ini temanku James. Dia sudah menemaniku selama dua puluh lima tahun. Dan laki-laki muda ini Victor dia adalah putraku dia baru berusia dua puluh dua tahun," ujar Mrs. Jell memperkenalkan orang-orang yang datang bersamanya.
Lena menuntun mereka untuk masuk bersamanya ke dalam. Lena menuntun mereka ke ruang tengah.
"Hallo Rupert," ucap Mrs. Jell ketika melihat Rupert duduk di atas sofa bersama dengan kakaknya. Rupert hanya diam saja ia tidak menjawab sapaan dari wali kelasnya itu.
James dan Mrs. Jell memperhatikan dengan sangat cermat setiap sudut di ruangan itu.
"Apa boleh kami berkeliling," ucap Mrs. Jell.
"Tentu saja." Lena mengangguk membiarkan mereka berjalan di dalam rumahnya untuk memeriksa semua ruangan.
Mrs. Jell berjalan ke ruangan sudut. Ia melangkah mendekati sebuah gramophone yang terdapat piringan hitam di atasnya. Sementara James di pergi ke belakang ia menuju dapur. James menyipitkan mata mencari sesuatu yang bisa ia jadikan petunjuk. James memegang kursi yang ada di dekat meja makan. Ia memperhatikan dapur itu dengan cermat.
"Treeetrtkkkk...."