Warisan Elfhaven: Petualangan Terlarang

nakano
Chapter #2

Aksel: Pemuda Penasaran

Pagi di Elfhaven selalu penuh dengan keajaiban. Cahaya matahari merayapi dedaunan hijau yang gemerlap, dan sungai ajaib mengalir dengan suara pelan di kejauhan. Aksel, seorang pemuda elf yang energetik, sedang duduk di bawah naungan pohon raksasa yang lebat. Matanya penuh dengan ketertarikan dan kegembiraan yang tak terbatas. Sejak kecil, Aksel selalu penasaran tentang dunia luar, sebuah tempat yang tak pernah dilihat oleh mata manusia biasa.

Dia mengambil sehelai daun kembang sekitarnya, memandangnya dengan penuh kekaguman, dan kemudian melepaskannya. Daun itu melayang perlahan ke angkasa sebelum mendarat di permukaan sungai. Aksel tersenyum. Dia selalu merasa bahwa alam ini memiliki pesona yang tak terbatas, tetapi saat ini, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Ramalan kuno yang baru-baru ini terungkap telah membuat hatinya gelisah. Ramalan itu berbicara tentang "warisan terlarang" yang dapat mengguncang dasar-dasar Elfhaven. Aksel ingin tahu apa yang dimaksud dengan ramalan itu dan mengapa orang-orang di kerajaan ini terlihat begitu khawatir.

Dia berdiri, menyusuri tepian sungai, dan masuk ke dalam hutan yang semakin lebat. Dalam perjalanan menuju pusat kota, dia bertemu dengan Elara, seorang penyihir muda yang telah dia kenal sejak kecil. Elara selalu memiliki aura misterius di sekitarnya, dan dia adalah satu-satunya yang bisa membantu Aksel dalam pencariannya.

"Aksel, aku mendengar tentang ramalan itu," kata Elara dengan suara yang lembut tetapi tegas. "Kami harus berhati-hati. Ramalan ini mengandung kekuatan besar, dan kita harus memahaminya dengan baik."

Aksel mengangguk setuju. Mereka merasa perlu menjelajahi lebih jauh, mencari tahu lebih banyak tentang ramalan tersebut. Bersama, mereka memutuskan untuk berbicara dengan Orakel, seorang penyihir tua yang tinggal di kedalaman hutan.

Mereka berjalan melewati pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi, menuju gua tempat Orakel tinggal. Ketika mereka tiba di depan gua itu, Aksel mendekati pintu masuk dengan perasaan cemas. Apakah Orakel akan memberikan jawaban yang mereka cari?

Mereka memasuki gua yang gelap, hanya diterangi oleh obor-obor kecil. Orakel duduk di tengah gua, mata terpejam dalam meditasi. Dia tahu bahwa Aksel dan Elara telah datang.

"Aku telah menunggu kedatanganmu," kata Orakel tanpa membuka mata. "Ramalan itu adalah awal dari petualangan yang akan mengubah segalanya."

Aksel dan Elara mendengarkan dengan penuh perhatian saat Orakel mulai mengungkap rincian tentang ramalan tersebut. Mereka tak menyadari bahwa ramalan ini hanya awal dari perjalanan mereka yang penuh bahaya, dan bahwa kegelapan yang mengancam Elfhaven telah memulai langkah-langkah pertamanya.

Lihat selengkapnya