Angin sejuk berdesir melalui rimbunnya pepohonan di dalam Hutan Elfhaven. Cahaya bulan memancar melalui daun-daun dan menciptakan lingkungan yang tenang dan misterius. Di tengah hutan ini, Elara, seorang penyihir muda yang memiliki rambut cokelat panjang dan mata berwarna hijau zamrud, tengah berdiri sendirian. Dia memegang sebatang tongkat kayu palem yang dipercayai telah diwariskan oleh leluhurnya.
Elara memandangi tongkat kayunya dengan penuh perasaan campur aduk. Ini adalah tongkat yang telah ada dalam keluarganya selama berabad-abad, tapi sampai saat ini, dia belum mampu mengeluarkan kekuatan sejati yang tersembunyi di dalamnya. Di malam ini, dia bertekad untuk mencoba lagi.
Dengan perasaan hati yang penuh tekad, Elara mengangkat tongkatnya dan berkata dengan suara lirih, "Veni, viam ad virtutem." Tetapi seperti sebelumnya, tak ada yang terjadi. Kekuatan yang dia cari begitu keras, tapi sepertinya dia masih belum siap.
Ketika dia hendak meletakkan tongkat itu, tiba-tiba ada gemuruh rendah dari jauh. Elara melihat ke langit dan melihat awan bergerak mendung dengan cepat, menciptakan kegelapan yang tidak wajar di malam itu. Dia merasa getaran di tanah di bawah kakinya.
Tiba-tiba, muncullah makhluk besar dan mengancam dari balik pepohonan. Makhluk ini berkulit hitam, bersayap besar, dan memiliki mata yang berkilauan dengan warna merah menyala. Itu adalah setan bayangan, makhluk yang terkenal di seluruh Elfhaven sebagai penjaga terlarang hutan ini.
Elara merasakan panik memenuhi dirinya, tetapi dia tahu dia harus bertahan. Dengan cepat, dia mencoba mengingat mantra-mantra perlindungan yang diajarkan oleh gurunya. Dia mengayunkan tongkatnya dan berteriak, "Protégéris!" Sebuah perisai energi melingkupinya, melindunginya dari serangan makhluk itu.
Setan bayangan itu melepaskan raungan marah dan meluncur maju dengan kecepatan yang mengejutkan. Elara merasa dirinya terdesak, dan dia tahu dia harus mengeluarkan kekuatan sejati tongkatnya sekarang juga. Dia mengumpulkan energi yang tersisa di dalam dirinya dan berkata dengan suara keras, "Liberate potentiam!" Cahaya biru intens memancar dari tongkatnya, membentuk serangan yang memukau.
Namun, setan bayangan itu juga memiliki kekuatan. Mereka terlibat dalam pertarungan sengit, cahaya dan kegelapan saling bertabrakan, menciptakan ledakan energi yang mengguncang seluruh hutan. Angin kencang menderu, dan pepohonan bergoyang hebat.
Saat pertarungan berlangsung, Elara merasa kekuatannya semakin bertambah, tapi dia juga semakin lelah. Dia harus menangani setan bayangan ini sebelum dia benar-benar kehabisan energi. Dengan perjuangan yang tak terhitung, akhirnya, dia berhasil mengalahkan makhluk itu. Setan bayangan itu lenyap dalam kabut hitam, meninggalkan Elara dalam keadaan lelah dan bernafas tersengal-sengal.
Elara berlutut di atas tanah dan menatap tongkatnya. Dia telah mengeluarkan kekuatan sejatinya, dan itu terasa membebaskannya. Namun, pertarungan ini juga meninggalkan bekas luka pada tubuhnya, dan dia harus mencari pertolongan.
Saat dia hendak bergerak, tiba-tiba, sebuah suara tawa jahat mengisi udara. Dia mendongak dan melihat sosok bayangan yang mengambang di atasnya. Sosok itu memiliki mata berwarna merah yang menyala, dan senyum jahat di wajahnya.
"Selamat, Elara," kata sosok itu dengan suara mengerikan. "Kau telah mengungkapkan kekuatanmu. Tapi pertarungan ini belum berakhir. Aku akan kembali, dan hutan ini akan tenggelam dalam kegelapan."