Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #2

Masa Kecil Eliza

Eliza terlahir di sebuah desa kecil di pinggiran kota Vienna, Austria, pada awal abad sembilan belas. Desa itu dikelilingi oleh pegunungan hijau dan ladang gandum yang luas, sebuah tempat yang tampak damai di permukaan, tetapi menyimpan banyak cerita tentang perjuangan dan ketidakadilan yang dialami oleh penduduknya, terutama perempuan.

Keluarga Eliza adalah keluarga petani yang hidup sederhana namun penuh cinta. Ayahnya, Johan, adalah seorang petani sederhana yang bekerja keras setiap hari untuk menghidupi keluarganya. Usianya sekitar empat puluh tahun, dengan tubuh kekar dan berotot hasil dari pekerjaan di ladang. Rambutnya mulai memutih, menandakan perjalanan hidup yang penuh perjuangan. Johann adalah sosok yang tegas namun penuh kasih terhadap keluarganya. Dia sering mengatakan kepada Eliza, "Kita mungkin tidak kaya, tetapi kita punya kehormatan dan kerja keras. Itulah yang membuat kita kuat." Eliza selalu mengangguk setuju, meskipun dalam hatinya dia tahu bahwa kerja keras saja tidak cukup untuk mengubah nasib mereka.

Ibunya, Magdalena, seorang wanita lembut yang selalu menampilkan senyum hangat meski tangan dan tubuhnya menunjukkan tanda-tanda kerja keras, merawat rumah dan anak-anaknya penuh kasih sayang dengan hidup mereka penuh keterbatasan. Magdalena berusia sekitar 38 tahun, tubuhnya lebih kecil dan kurus dibandingkan Johann. Tangan Magdalena kasar karena pekerjaan rumah tangga yang tiada henti. Meski begitu, ia tetap sosok yang penuh kasih dan tegas saat dibutuhkan. Setiap malam, sebelum tidur, ibunya akan duduk di samping tempat tidur Eliza dan menceritakan kisah-kisah indah dari masa lalunya. 

"Ibu dulu juga bermimpi, Nak. Mimpi itu penting, tapi jangan lupa untuk tetap berpijak pada kenyataan," kata ibunya sambil mengelus rambut Eliza.

Eliza, adalah anak kedua dari enam bersaudara. Masing-masing saudaranya memiliki karakter dan keunikan tersendiri. 

Lukas, sang kakak, berusia dua puluh tahun, adalah sosok yang tangguh dan bertanggung jawab. Sebagai anak tertua, ia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk membantu keluarganya. Ia cerdas, penuh perhatian, dan sangat protektif terhadap adik-adiknya. Lukas juga memiliki sifat keras kepala dan tegas, terutama ketika berurusan dengan orang luar yang mencoba mengambil keuntungan dari keluarganya. Lukas bekerja di ladang bersama ayahnya. Selain itu, ia juga pandai dalam memperbaiki alat-alat pertanian dan sering membantu tetangga dengan keterampilannya, untuk mendapatkan sedikit uang tambahan untuk keluarga. Lukas sering menjadi penengah ketika terjadi konflik di keluarga. Dia mendukung mimpi Eliza untuk melihat dunia luar dan sering kali menjadi tempat Eliza mencurahkan isi hatinya. Meskipun dia ingin melindungi Eliza dari pernikahan yang diatur oleh ayah mereka, Lukas merasa terjebak oleh kewajiban keluarga dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan keputusan tersebut secara langsung.

Adik pertamanya, Georg, berusia sembilan tahun. Georg, adalah anak yang kecil dan lincah, dengan rambut coklat gelap seperti Eliza. Meski nakal, Georg sangat penyayang dan sering membantu ayahnya di ladang. 

Selanjutnya adalah Maria, adik kedua yang berusia tujuh tahun. Maria memiliki rambut pirang dan mata biru, tubuhnya kecil dan rapuh. Ia adalah anak yang pemalu dan pendiam, namun sangat rajin membantu ibu di rumah.

Franz, adik ketiga, berusia lima tahun. Ia memiliki rambut coklat terang dan mata hijau, serta tubuh penuh energi. Franz sangat aktif dan suka bermain, sering mencari perhatian dari keluarganya. 

Yang terakhir adalah Emma, adik keempat yang baru berusia tiga tahun. Emma memiliki rambut pirang keriting dan mata coklat. Ia adalah anak yang lucu dan manis, selalu ingin dekat dengan ibu atau Eliza.

Eliza sendiri adalah gadis bersemangat yang bermimpi besar. Sejak kecil, ia telah menunjukkan tanda-tanda kedewasaan yang luar biasa. Tingginya sekitar seratus lima puluh sentimeter saat remaja dan tumbuh menjadi sekitar seratus enam puluh sentimeter saat dewasa. Rambut coklat gelapnya panjang dan sering dikepang. Matanya yang coklat mencerminkan ketangguhan dan semangat juangnya. Kulitnya sedikit kecoklatan akibat sering bekerja di luar ruangan, dengan perawakan ramping namun kuat. Meski tangannya mulai menunjukkan tanda-tanda kerja keras sejak kecil, Eliza tetap terlihat anggun dan memiliki kecantikan alami yang sederhana. Wajahnya yang oval dengan pipi yang sedikit merona membuatnya tampak menawan.

Diantara enam bersaudara, Eliza yang paling sering membantu ibunya di rumah. Sejak usia dini, dia sudah harus membantu pekerjaan rumah tangga, dari mencuci pakaian di sungai, menjaga adik-adiknya hingga menyiapkan makanan untuk keluarga. Ia adalah anak yang penuh perhatian dan selalu berusaha untuk menjadi tumpuan bagi keluarganya. Saat mencuci pakaian di sungai, Eliza sering berbicara dengan adik-adiknya. 

"Suatu hari, aku ingin pergi ke kota besar," katanya. "Aku ingin melihat bangunan tinggi dan orang-orang yang berbeda."

Adik-adiknya selalu tertawa dan menjawab, "Kamu selalu bermimpi, Eliza. Tapi di sini, kita punya ladang dan sungai ini. Apa itu tidak cukup?"

—-

Eliza, yang memiliki semangat, penyayang, dan tangguh, gemar membaca buku-buku tua yang ditemukan di rumah, berjalan-jalan di alam, dan mendengarkan cerita-cerita dari orang tua di desa. Di balik senyuman dan tawa, Eliza menyimpan rasa ingin tahu yang besar tentang dunia di luar desanya. Dia sering mendengarkan cerita-cerita dari para pedagang keliling yang datang ke desa, membawa barang-barang dari kota besar dan berbagi kisah-kisah tentang kehidupan yang berbeda. 

Lihat selengkapnya