Eliza bangun pagi dan mencari cara untuk melarikan diri. Dia mengamati gerak-gerik di rumah besar itu, mencari celah yang bisa dimanfaatkannya. Eliza juga menyaksikan bagaimana cara Heinrich memberikan perintah kepada para pelayan yang menggunakan nada otoritatif. "Aku harus lebih berhati-hati," pikir Eliza. "Heinrich pasti tidak akan segan menghukumku jika dia mengetahui rencanaku."
Namun, Eliza tidak sendirian. Anna, yang semakin dekat dengannya, menjadi teman dan pendukung setianya, suatu hari berkata di dapur, "Nona Eliza, kita harus lebih berhati-hati, karena tuan Heinrich memiliki mata-mata di mana-mana."
"Terima kasih, Anna. Tapi, bagaimana caranya? Aku Masih belum menemukan cara yang paling tepat. Rumah ini seperti benteng," Eliza bertanya menanggapi pemberitahuan dari Anna.
Anna tersenyum kecil dan mengusulkan sebuah ide bagus, "Saya punya ide. Kita bisa memanfaatkan malam-malam ketika Tuan Heinrich pergi ke kota untuk urusan bisnisnya. Dia biasanya pergi selama beberapa hari. Saat itulah kita punya kesempatan."
Eliza mengangguk, merasakan adrenalin mengalir dalam nadinya, "Baiklah."
Hari-hari berlalu dengan kecemasan dan harapan. Setiap malam, Eliza dan Anna berkumpul di dapur, membahas rencana mereka dengan saksama.
"Kita akan menggunakan kereta yang biasanya tidak dijaga ketat. Aku memastikan kita punya cukup makanan dan air untuk perjalanan panjang," kata Anna.
Eliza mendengarkan dengan cermat, mencatat setiap detail, “Baiklah, aku juga sudah mengumpulkan perhiasan, dan aku rasa itu semua sudah cukup untuk kita berdua”.
Namun Eliza kemudian bertanya dengan suara bergetar, "Dan jika kita ketahuan?"
Anna menatap Eliza, "Kita harus siap menghadapi konsekuensinya. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Ini adalah satu-satunya kesempatan."
—
Akhirnya, malam yang ditunggu-tunggu tiba. Heinrich pergi ke kota untuk urusan bisnis, meninggalkan rumah besar itu dalam keadaan lebih sepi dari biasanya.
Eliza dan Anna segera bergerak mengumpulkan barang-barang yang diperlukan untuk pelarian mereka. Dengan hati-hati, mereka menyelinap keluar dari rumah dan menuju kereta yang sudah disiapkan.
"Kita harus cepat," bisik Anna, melihat ke sekeliling dengan cemas.
Eliza merasa jantungnya berdegup kencang saat mereka naik ke dalam kereta.
"Ayo, Anna, kita harus pergi sekarang," katanya dengan suara bergetar.
Dengan sekali cambukan, kereta mulai bergerak, membawa mereka menjauh dari rumah besar itu. Eliza merasa campuran ketakutan dan kebebasan mengalir dalam dirinya.