Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati
Chapter #16

Masa Kecil Elizabeth

Elizabeth Pembroke dilahirkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan saling mendukung satu sama lain. Ayahnya, Thomas, adalah seorang profesor sejarah di universitas ternama, sementara ibunya, Julia, adalah seorang dokter yang sangat dihormati di komunitas mereka. Mereka tinggal di sebuah rumah nyaman di pinggiran kota yang asri, tempat Elizabeth menghabiskan masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan.

Elizabeth juga memiliki seorang adik perempuan yang sangat disayanginya. Adik perempuannya ini, Charlotte, meskipun masih muda, sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dan rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia di sekitarnya. Elizabeth sering menghabiskan waktu bermain dan belajar bersama Charlotte, menjalin ikatan kuat yang didasari kasih sayang dan dukungan dari orang tua mereka, Thomas dan Julia. Kehadiran Charlotte membuat masa kecil Elizabeth semakin berwarna dan penuh kebahagiaan.

Thomas, adalah seorang pria berusia awal lima puluhan dengan rambut yang mulai memutih di sekitar pelipisnya dan mata yang penuh dengan kebijaksanaan. Sebagai seorang profesor sejarah, Thomas memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang masa lalu. Dia sangat menghargai nilai-nilai moral dan etika, dan selalu berusaha menanamkan hal-hal tersebut kepada Elizabeth.

Suatu malam, ketika Thomas sedang membacakan cerita sebelum tidur, Elizabeth bertanya, "Papa, kenapa banyak sekali perang di masa lalu?"

Thomas menatap putrinya dengan penuh kasih sayang, "Itu pertanyaan yang bagus, Lizzy. Banyak alasan yang membuat orang berperang, seperti kekuasaan, sumber daya, dan perbedaan ideologi. Tapi, yang penting adalah kita belajar dari sejarah, supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama."

Elizabeth mengangguk serius, "Aku ingin membantu membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, Papa. Supaya tidak ada lagi perang."

Thomas tersenyum bangga, "Aku yakin kamu bisa, Lizzy. Kamu punya hati yang besar dan pikiran yang cerdas. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan."

Julia, ibunya, adalah seorang wanita berusia akhir empat puluhan dengan senyum hangat dan kepribadian yang penuh energi. Sebagai seorang dokter, Julia memiliki dedikasi yang kuat terhadap pekerjaannya dan selalu siap membantu orang lain. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat empatik dan penuh kasih, baik dalam kehidupan profesional maupun pribadi.

Suatu sore, Julia mengajak Elizabeth melukis di studio kecil mereka. 

"Bagaimana kalau kita melukis pemandangan hari ini?" Usul Julia sambil menyiapkan kanvas dan cat.

Elizabeth mengangguk antusias, "Aku mau melukis taman kita, Mama. Taman ini sangat indah."

Mereka berdua menghabiskan sore itu dengan melukis, menikmati waktu bersama sambil berbicara tentang berbagai hal. Julia selalu mengajarkan Elizabeth untuk mengekspresikan dirinya melalui seni, sesuatu yang akan menjadi bagian penting dalam hidupnya kelak.

Lihat selengkapnya