Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #19

Mimpi Yang Membuka Mata

Mimpi-mimpi Elizabeth semakin jelas dan mulai mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Lambat laun, Elizabeth mulai mengalami mimpi-mimpi yang tampak begitu nyata, seolah-olah dia benar-benar hidup di dalamnya. Mimpi-mimpi ini bukan sekadar bunga tidur biasa; mereka membawa pesan dan petunjuk yang mendalam, bahkan sering kali membawanya kembali ke masa lalu yang terasa begitu akrab namun asing.

Suatu malam, Elizabeth terbangun dengan jantung berdebar-debar setelah terus menerus mengalami mimpi selalu berulang. Dia melihat dirinya sebagai seorang wanita muda di sebuah desa kecil, dikelilingi oleh ladang yang luas dan pegunungan yang menjulang tinggi. Di dalam mimpi itu, dia sedang berbicara dengan seorang pria tua yang bijaksana.

"Elizabeth, kau harus terus berjuang. Masa depan tergantung pada keberanianmu," kata pria tua itu.

Ketika terbangun, Elizabeth merasa bingung namun terdorong oleh pesan dalam mimpi tersebut. Dia mulai mencatat setiap detail yang bisa diingatnya dalam sebuah jurnal. Mimpi-mimpi tersebut tidak hanya terjadi sekali. Setiap malam, Elizabeth merasakan dirinya kembali ke masa lalu, mengalami kehidupan yang tampak begitu nyata. Dia melihat diri sendiri sebagai seorang wanita yang berjuang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak orang-orang di sekitarnya. Mimpi-mimpi ini mulai mempengaruhi kehidupannya sehari-hari, memberikan pandangan baru dan kekuatan tambahan dalam pekerjaannya sebagai pengacara.

Pada suatu pagi, saat sarapan bersama ibunya, Elizabeth menceritakan mimpi-mimpi tersebut.

"Ibu, setiap malam aku bermimpi tentang masa lalu yang terasa begitu nyata. Seolah-olah aku pernah hidup di sana," kata Elizabeth dengan nada serius.

Ibunya menatapnya dengan mata penuh pengertian, "Mungkin mimpi-mimpi itu adalah cara alam semesta memberi tahu bahwa kau berada di jalan yang benar. Teruslah mendengarkan hatimu, Elizabeth."

Elizabeth mulai melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang mimpi-mimpinya. Dia mencari informasi tentang desa kecil yang sering muncul dalam mimpinya dan tentang sejarah perjuangan hak-hak perempuan di masa lalu. Di perpustakaan, dia menemukan buku-buku dan catatan sejarah yang menggambarkan kehidupan perempuan di masa lalu, yang sangat mirip dengan apa yang dia alami dalam mimpinya.

Suatu hari, saat dia sedang membaca buku di perpustakaan, seorang pria tua menghampirinya.

"Apa yang kau cari, nak?" Tanya pria itu dengan suara serak.

Elizabeth menatap pria tua itu dan merasa seolah-olah pernah bertemu dengannya, "Saya mencari informasi tentang sejarah perempuan yang berjuang untuk hak-haknya di desa-desa kecil.”

Pria tua itu tersenyum, "Mungkin kau harus mencari lebih dalam. Ada banyak cerita yang belum terungkap."

Mimpi-mimpi Elizabeth mempengaruhi cara pandangnya terhadap kehidupan dan pekerjaannya. Dia menjadi lebih tekun dan bersemangat dalam membela klien-kliennya. Setiap mimpi memberikan kekuatan baru dan pandangan yang lebih jelas tentang tujuannya. Suatu malam, dalam mimpinya, dia melihat seorang gadis muda yang tampak mirip dengan dirinya, berdiri di depan kerumunan orang dan berbicara dengan penuh semangat.

"Kita harus berjuang bersama. Perubahan tidak akan datang jika kita diam," kata gadis muda itu dengan suara lantang.

Ketika terbangun, Elizabeth merasa sangat terinspirasi. Dia memutuskan untuk mengorganisir sebuah pertemuan besar untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di komunitasnya.

Saat hari pertemuan besar tersebut tiba. Elizabeth berdiri di depan kerumunan orang yang berkumpul di alun-alun kota. Margaretha dan banyak aktivis lainnya berada di sampingnya, siap mendukung perjuangan mereka.

"Kita berada di sini hari ini untuk mengubah dunia. Setiap langkah yang kita ambil, setiap suara yang kita keluarkan, adalah langkah menuju kesetaraan dan keadilan," kata Elizabeth dengan suara yang penuh keyakinan.

Kerumunan orang bersorak, terinspirasi oleh semangat dan tekad Elizabeth. Di antara kerumunan, dia juga melihat Isabella, salah satu wanita yang pernah dibelanya haknya. Isabella datang untuk mendukungnya. Elizabeth menjadi merasa lebih kuat dan percaya diri.

Setelah pertemuan besar itu, Elizabeth dan Margaretha duduk bersama di sebuah kafe, menikmati secangkir teh hangat.

"Margaretha, aku merasa mimpi-mimpi ini adalah pesan untukku. Setiap malam aku melihat diriku di masa lalu, berjuang untuk hal-hal yang sama yang kita perjuangkan sekarang," kata Elizabeth sambil menatap cangkir tehnya.

Margaretha mengangguk, "Au yakin, bahwa mimpi-mimpi itu adalah cara alam semesta mengingatkanmu bahwa perjuangan ini sudah berlangsung lama, dan kau adalah bagian penting dari perubahan itu."

Elizabeth tersenyum, "Aku harap begitu. Tapi kadang-kadang, beban ini terasa begitu berat."

"Kita tidak sendirian, Elizabeth. Ada banyak orang di luar sana yang mendukung kita. Dan setiap langkah kecil yang kita ambil membawa kita lebih dekat ke tujuan kita," jawab Margaretha dengan penuh keyakinan.

Lihat selengkapnya