Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #32

Lawan Mencoba Menggagalkan Perjuangan Dengan Serangan Media

Elizabeth duduk di meja kerjanya, memandang layar komputer yang penuh dengan artikel dan laporan berita yang menyudutkan dirinya. Sejumlah media mulai menulis artikel tentang bagaimana dia, sebagai seorang aktivis, dianggap lebih tertarik pada perhatian dan sorotan ketimbang memperjuangkan keadilan yang sesungguhnya. Informasi-informasi yang digunakan media untuk menyerangnya tidak lain adalah hasil sabotase dari Samuel, mantan anggota timnya yang sebelumnya telah dikeluarkan karena pengkhianatannya.

"Ini benar-benar keterlaluan," gumam Elizabeth, menggelengkan kepala dengan wajah tegang. Di sebelahnya, Laura duduk dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh kekhawatiran.

“Kita sudah tahu Samuel akan mencoba sesuatu seperti ini,” ujar Laura sambil menghela napas panjang. “Tapi aku tidak menyangka serangannya akan secepat ini.”

Elizabeth meremas tangannya, berusaha menahan kemarahan yang mulai menggelora di dalam dirinya, “Dia menggunakan setiap kesempatan yang dia bisa untuk menjatuhkan aku dan seluruh perjuangan ini. Dan sekarang, media hanya melahap setiap informasi palsu yang dia sodorkan tanpa melakukan verifikasi.”

Laura mendekat, duduk di tepi meja Elizabeth, “Kita harus segera bertindak, Liz. Jika kita membiarkan ini berlarut-larut, kerusakannya akan semakin besar. Kamu tahu bagaimana kekuatan media bisa menghancurkan reputasi seseorang dalam sekejap.”

Elizabeth memandang jauh keluar jendela, merasa seolah dunia mulai mengepungnya. Dalam sekejap, semua kerja kerasnya bisa hancur hanya karena fitnah yang disebarkan Samuel. Dia tahu media sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik, dan jika publik mulai percaya bahwa dia hanya mengejar ketenaran, perjuangannya bisa kehilangan semua dukungan yang telah dibangun dengan susah payah.

"Kurasa kita harus segera mengeluarkan pernyataan resmi," kata Elizabeth dengan suara pelan. "Tapi aku tidak ingin melakukannya dengan terburu-buru. Kalau kita salah langkah, mereka akan menggunakan itu untuk melawan kita lagi."

Laura mengangguk setuju, "Tepat. Kita harus cermat dalam setiap kata yang kita gunakan. Kita harus memutar narasi ini dan menunjukkan bahwa kamu adalah seorang pejuang, bukan pencari sorotan."

Beberapa hari kemudian, Elizabeth dan Laura memutuskan untuk menggelar konferensi pers. Mereka memilih waktu yang tepat, memastikan bahwa seluruh media besar akan hadir, termasuk jurnalis yang sebelumnya telah menulis artikel-artikel negatif tentang Elizabeth.

Saat hari konferensi tiba, ruangan sudah dipenuhi jurnalis dan reporter dari berbagai media. Elizabeth mengenakan setelan rapi, wajahnya penuh dengan ketegasan, meskipun di dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran tentang bagaimana ini akan berlangsung.

Ketika salah satu jurnalis dari media yang menyudutkannya mengajukan pertanyaan, Elizabeth tahu bahwa ini adalah momen krusial.

“Elizabeth, beberapa pihak menyatakan bahwa kamu lebih tertarik menjadi sorotan daripada mencapai keadilan. Apa tanggapanmu?” Tanya jurnalis itu, dengan nada sedikit menantang.

Elizabeth menatap jurnalis tersebut dengan tenang, meskipun di dalam dirinya terasa ada dorongan untuk membalas dengan tajam. Namun, dia tahu bahwa emosi hanya akan membuatnya terlihat defensif. Dia perlu tetap tenang dan menyampaikan jawabannya dengan bijak.

Lihat selengkapnya