Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati Hardjono
Chapter #33

Julia Berkonflik dengan Elizabeth

Di ruang kantornya, Elizabeth duduk sambil memandangi papan penuh dengan rencana dan strategi kampanye yang telah mereka kerjakan selama beberapa bulan terakhir. Sejak kemenangan awal di pengadilan, perjuangan ini semakin besar dan lebih kompleks, dan Elizabeth menjadi figur utama yang diandalkan oleh banyak orang. Namun, akhir-akhir ini, dia merasakan ada ketegangan yang belum bisa dipahami sepenuhnya.

Saat Laura mengetuk pintu dan masuk, dia membawa ekspresi khawatir di wajahnya, "Liz, ada yang ingin bicara denganmu," ujarnya pelan.

Elizabeth mengerutkan kening, merasa aneh dengan nada suara Laura, "Siapa?"

"Julia," jawab Laura, ragu-ragu. "Dia terlihat agak marah."

Elizabeth merasa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Julia adalah korban utama dalam kasus besar yang sedang mereka perjuangkan. Sejak awal, Julia sangat mendukung upaya Elizabeth, tetapi belakangan ini, ada jarak yang mulai terbentuk di antara mereka. Elizabeth bangkit dari kursinya dan mengangguk pada Laura untuk membiarkan Julia masuk.

Julia masuk ke dalam ruangan dengan langkah yang tenang, tetapi wajahnya menunjukkan emosi yang terpendam. Elizabeth tahu bahwa ini bukan sekadar kunjungan biasa.

"Julia, apa yang terjadi? Apa ada yang salah?" Tanya Elizabeth dengan suara ramah, mencoba meredakan ketegangan yang jelas dirasakan di udara.

Julia duduk di kursi di depan Elizabeth dan menarik napas dalam-dalam. 

"Liz, aku harus bicara denganmu tentang sesuatu yang penting," katanya, suaranya sedikit gemetar.

Elizabeth merasakan kegelisahan mulai tumbuh dalam dirinya, tapi dia tetap tenang, "Tentu, Julia. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Julia menatap Elizabeth dengan tatapan tajam, "Aku tahu kau telah berjuang keras untuk kami semua, dan aku menghargai apa yang kau lakukan. Tapi, aku merasa sepertinya kami, para korban, semakin tersingkir dalam perjuangan ini. Seolah-olah ini menjadi perjuanganmu sendiri, bukan perjuangan kami."

Elizabeth terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Julia, "Apa maksudmu, Julia? Aku di sini untuk membantu kalian, untuk membawa keadilan bagi kalian."

Julia menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Aku tahu kau berniat baik, tapi terkadang rasanya seperti kami hanya dijadikan alat untuk tujuan yang lebih besar. Kami, yang benar-benar merasakan dampak dari ketidakadilan ini, seolah-olah hanya menjadi latar belakang dalam cerita besar yang sedang kau buat."

Elizabeth merasa dadanya sesak. Dia tidak pernah berpikir bahwa tindakannya bisa ditafsirkan seperti itu, "Aku tidak bermaksud seperti itu sama sekali, Julia. Aku melakukan ini semua untuk kalian. Aku ingin dunia tahu apa yang kalian alami dan memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi."

Lihat selengkapnya