Warisan Perempuan Terbuang

Shinta Larasati
Chapter #37

Aliansi Dengan Organisasi Perempuan

Setelah menghadapi ancaman dari Central Corporation, Elizabeth menyadari bahwa kekuatan timnya masih terbatas. Mereka berjuang keras, tapi lawan yang mereka hadapi terlalu besar dan berpengaruh. Saat itulah dia mulai berpikir untuk memperkuat perjuangannya dengan menjalin aliansi lebih luas, terutama dengan organisasi perempuan yang sudah lama berjuang di bidang yang sama.

Suatu pagi, Elizabeth duduk di ruangannya sambil menatap layar laptop. Dia telah menghubungi beberapa organisasi perempuan yang terkenal, berharap bisa bekerja sama. Salah satu organisasi besar yang tertarik adalah Women's Rights Alliance (WRA), sebuah jaringan aktivis perempuan yang berpengaruh secara nasional. Pertemuan dengan pemimpin WRA, Karen Williams, sudah dijadwalkan, dan Elizabeth sangat berharap bisa mendapatkan dukungan dari mereka.

"Kau yakin dengan langkah ini?" Tanya Laura, yang sedang duduk di seberang meja Elizabeth.

Elizabeth mengangguk, "Kita tidak bisa sendirian, Laura. Mereka terlalu kuat. Kita butuh aliansi yang bisa memberikan kita dukungan lebih besar, baik dari segi sumber daya maupun pengaruh."

"Tapi mereka juga punya agenda mereka sendiri," David menyela sambil berdiri di samping jendela. "Kau tahu bagaimana politik di dunia organisasi perempuan. Kita harus berhati-hati agar tidak kehilangan kendali atas perjuangan kita sendiri."

"Aku mengerti kekhawatiranmu, David," jawab Elizabeth dengan tegas. "Tapi kita harus mempertimbangkan semua kemungkinan. Kita tidak bisa lagi bertarung dengan kekuatan yang terbatas. Mereka sudah mulai mengancam keluarga kita. Ini bukan lagi tentang kita sendiri, ini tentang semua orang yang kita perjuangkan."

David menarik napas panjang, "Oke, aku percaya pada penilaianmu. Tapi pastikan kita tetap memegang kendali."

Beberapa hari kemudian, Elizabeth bertemu dengan Karen Williams di kantor WRA. Kantor itu terletak di pusat kota, dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi yang membuat suasana terasa sedikit menekan. Karen, seorang wanita paruh baya yang karismatik, menyambut Elizabeth dengan senyum hangat.

Lihat selengkapnya