Malam itu, Elizabeth tertidur lebih cepat dari biasanya. Kelelahan menguras energinya setelah hari yang penuh rapat, telepon, dan strategi melawan banding Central Corporation. Namun, di balik kelelahan fisik, ada kelelahan emosional yang jauh lebih berat. Elizabeth mulai meragukan kekuatannya sendiri. Ketakutan akan kekalahan yang mendadak muncul telah menghantui pikirannya sejak mereka mulai menghadapi ancaman dari korporasi besar itu.
Dalam tidurnya, Elizabeth bermimpi lagi tentang Eliza. Tapi kali ini, mimpinya terasa berbeda. Dia berjalan di hutan yang gelap, dikelilingi pepohonan besar dan bayangan yang panjang. Di kejauhan, Elizabeth melihat sosok Eliza, berdiri di tengah cahaya kecil yang menyinari dirinya di tengah kegelapan.
“Eliza,” bisik Elizabeth dalam mimpi, suaranya terdengar lemah, hampir tak terdengar.
Eliza berbalik, wajahnya yang tenang dan penuh kekuatan menyambut Elizabeth. Dia tersenyum hangat, tetapi di balik senyuman itu ada sesuatu yang lain—seperti sebuah pesan yang belum disampaikan.
“Kau telah menempuh jalan panjang, Elizabeth,” suara Eliza lembut namun tegas. “Tapi perjalananmu belum berakhir. Jangan pernah lupa mengapa kau memulai ini.”