Dengan momentum yang terus berkembang, Elizabeth menerima undangan untuk bertemu dengan beberapa tokoh penting yang dapat membantu memperkuat perjuangannya. Salah satu pertemuan paling penting adalah dengan seorang anggota parlemen berpengaruh, Senator Katherine Holmes. Senator Holmes dikenal sebagai pendukung setia hak-hak perempuan, dan Elizabeth tahu bahwa dukungan darinya bisa menjadi kunci dalam memenangkan reformasi hukum yang mereka perjuangkan.
Pertemuan diadakan di ruang rapat mewah di salah satu gedung pemerintah. Elizabeth duduk berhadapan dengan Senator Holmes, yang tampak tenang namun penuh minat.
Senator Holmes mulai membuka pembicaraan, “Elizabeth, saya telah mengikuti perjuanganmu dengan penuh kekaguman. Apa yang kau lakukan sangat penting, dan saya ingin tahu bagaimana kita bisa membuat perubahan ini bertahan.”
Elizabeth menatap senator itu dengan serius, “Terima kasih, Senator. Kami telah mencapai banyak hal, tapi perjuangan ini masih panjang. Kami perlu dukungan politik untuk memastikan reformasi yang kita ajukan tidak dibatalkan begitu saja oleh korporasi besar.”
Senator Holmes mengangguk pelan, “Aku tahu betapa kuatnya korporasi itu. Mereka sudah mulai melobi banyak kolega di parlemen. Namun, jika kita bisa membuat isu ini menjadi isu nasional yang mendapat perhatian publik, mereka akan kesulitan untuk melawannya secara terang-terangan.”
Elizabeth merasa ada harapan, “Itulah yang kami rencanakan, Senator. Kampanye kami semakin kuat, dan orang-orang mulai menyadari bahwa ini bukan hanya masalah hukum, tapi masalah keadilan bagi semua.”