Teror tidak lantas berakhir di malam saat Klasin menyeret makhluk, yang jika dilihat oleh mata normal wujudnya tinggi, besar, berbulu kasar, kulit gelap, memiliki taring dan kuku tajam serta jari-jari yang besar-besar. Dua malam setelahnya, suara-suara di atap rumah semakin menjadi.
Tepat saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, setelah terdengar suara pasir ditaburkan di atap, dari seng teraebut terdengar suara langkah-langkah kecil. Kemudian disusul suara angsa yang takhenti berbunyi.
Keringat di tubuh Lina terus mengucur. Hawa panas kembali menyerang dirinya. Dari celah pintu dan ventilasi yang biasanya terdapat embusan angin, malam itu tidak ada sedikitpun gerakan yang ditimbulkan olehnya. Melihat Lina sudah mulai kewalahan, Klasin langsung mengambil posisi di atas sajadah yang baru saja dia gunakan untul menjalankan salat Isya dan mengaji.
Dengan posisi duduk bersila, Klasin mulai menggerakkan tasbih kayu di tangannya. Karena semakin merasa sesak, Lina beringsut mendekati pintu kamar anak-anaknya usai menyambar mukenah yang tergantung di gantungan baju. Sebisa mungkin dia mulai mengikuti tindakan suaminya. Namun, tatapan matanya tidak lepas dari dinding rumah di belakang Klasin.
Saat itulah dalam pandangan Lina, dinding rumah sebelah kanan tersebut seakan lenyap dan berubah menjadi dinding transparan yang memperlihat semua kegiatan di baliknya. Dengan bibir masih bergerak membaca zikir, Lina tidak melepaskan pandangan dari dinding tersebut.
Di sana, tampak olehnya sosok-sosok mengerikan dengan segala aroma dan wujud terus meronta. Mencoba menembus batas bening yang ada. Namun, setiap dua langkah, mereka dihalau oleh sosok Mbok Suti, seorang wanita sepuh memakai kain kemben dan membawa tongkat kayu, serta seekor harimau berwaena cokelat keemasan yang mengaum dahsyat. Andai manusia biasa bisa melihat dan mendengar suara binatang gaib tersebut, niscaya akan langsung pingsan di tempat.
Sosok-sosok yang berniat jahat tersebut tampak kesakitan setiap langkah mereka dihentikan dan menabrak sosok harimau jantan tersebut. Perkelahian tidak dapat dihindari. Suara deru angin dan ledakan dari benturan dua kekuatan itu memekakkan telinga Lina. Namun, seolah tidak terpengaruh, saat wanita itu melirik sang suami, pria tersebut masih khusyuk dengan zikirnya.
"Apa dia nggak terpengaruh?" tanya Lina seolah pada diri sendiri.
Satu per satu sosok di balik dinding tersebut lenyap. Angin kembali berembus menyejukkan. Lalu, dinding yang awalnya hilang pun kembali ke bentuk semula. Saat Lina berkedip, sosok Mbok Suti, wanita berkemben dan juga harimau jantan tersebut sudah berada di belakang Klasin.
Lina beringsut dari posisi duduknya. Dia menghadap pada tiga sosok yang sedang menatap dirinya dengan senyum lebar.
"Mbok," sapa Lina pada sosok Mbok Suti.