Sakit aneh yang diderita Lina sudah berlalu. Dia tengah menunggu detik-detik hari persalinan. Kali ini, dia memutuskan untuk melahirkan di sebuah klinik bersalin mengingat sakit yang dia derita beberapa waktu lalu. Sekaligus dia ingin memastikan apakah dia benar-benar bersih dan tidak memiliki kelainan di rahim dan anggota tubuhnya yang lain.
Bak mendapat firasat, Klasin tidak berangkat kerja pagi itu. Padahal ada pekerjaan di salah satu masjid. Di mana dia harus memasang dinding ACP dengan kerangka besi.
"Mas, udah jam sembilan, kenapa nggak pergi kerja?" tanya Lina setelah selesai dengan urusan di dapur.
"Males berangkat. Besok aja kulanjutin, Dek. Hari ini lagi kepingin istirahat dulu," jawab Klasin sambil tetap dengan posisinya. Berbaring di depan televisi menonton film kartun kembar dari negeri jiran, menemani putranya.
"Ya, udah kalau Mas nggak kerja. Nanti jemput Fitra aja ke sekolahnya. Dia pulang jam dua belas," ujar Lina. Wanita itu terlihat mulai menarik tas pakaian. Kemudian memasukkan perlengkapan bayi dan juga pakaian ganti miliknya. Handuk besar, handuk bayi, kain sarung, jarik dan semua sudah selesai dikemas. Lina meletakkan tas di atas meja kamar.
"Kamu ngapain dari tadi sibuk di kamar, Dek?" seru Klasin tanpa menatap wanita yang memang sejak bangun pagi tadi belum dia lihat beristirahat.
"Ngemas perlengkapan, Mas. Biar kalau ada tanda mau lahir, bisa langsung angkat," jawab Lina.
Baru saja Klasin mematikan motor dan menurunkan putranya, Lina tampak tergesa berjalan ke kamar mandi.
"Kamu kenapa, Dek?" tanya Klasin sedikit berteriak.
"Nggak apa, Mas. Pingin buang air kecil aja. Udah mendesak banget rasanya," sahut Lina dari balik pintu kamar mandi.
Mendengar jawaban sang istri, Klasin hanya ber-oh, lalu meraih piring di rak karena merasa lapar. Satu suap, dua suap, Klasin menghentikan gerakannya, lalu menoleh ke pintu kamar mandi.
"Dek, kamu tidur?" tanya Klasin dari dekat meja makan.