Warisan Simbok

cyintia caroline
Chapter #17

Bab 17. Setelah Melahirkan

Sudah satu bulan Lina dan bayinya kembali ke rumah selepas lahiran. Lina pun sudah kembali sehat. Hanya menunggu beberapa hari lagi dia melepaskan masa nifas. Rencananya, mereka akan memasak untuk dibagikan pada tetangga sebagai tanda ucapan syukur. 

Saat malam, sambil melipat pakaian bayi dan menyusun ke keranjang, Lina kembali mengingatkan rencananya pada Klasin. Pria yang tengah memangku putra ke tiganya itu menyimak apa yang disampaikan sang istri.

"Emang mau manggil siapa buat bantu masak?" tanya Klasin setelah Lina mengutarakan isi hatinya.

"Kayaknya gak perlu, Mas. Kita masak berdua ajalah. Lagian Mas belum ada kerjaan masuk juga, kan? Nggak usah masak banyak-banyak. Cukup bikin nasi, urab sayur, ayam sambal sama kerupuk gitu aja. Nanti aku yang bikin semua bumbunya, Mas tinggal masak. Tetangga kota juga cuma berapa orang di gang sini." Lina menjelaskan.

"Ya, sudah kalau gitu. Besok pagi-pagi biar aku ke pasar beli bahannya. Kamu, yakin udah bisa sambil masak?" tanya Klasin dengan nada khawatir.

"Nggak papa, Mas. Kan, bisa sambil duduk ngeracik bahannya. Nanti Mas yang di depan kompor."

"Hemm, gitu juga gak papa. Kamu mau dikasih nama, Le? Ibumu udah siapin nama, lho. Itulah ibumu, Le. Anak udah tiga, ayahmu ini nggak dibolehin kasih nama buat kamu sama mas-masmu. Semua ibumu yang mikir." Klasin berbicara dengan anaknya. Bayi usia satu bulan tiga hari itu sesekali menggeliat dan mengerjap seolah paham apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Salah sendiri ditanya siapa nama anaknya nggak pernah cepet jawab." Lina menyahuti dengan wajah kesal.

*** 

"Buk, ini belanjaannya udah sesuai sama yang dicatatan. Tapi, aku tambah ayam seekor. Kasian kalau anak-anak cuma kebagian dikit." Klasin berucap sambil menghampiri istri yang sedang menyusui bayinya. Klasin mengubah panggilan setelah kelahiran anak ke tiganya.

"Mas taruh aja dulu di dapur. Abis ini kukerjakan bahannya. Mas cuci aja ayam sama yang bau amis lain."

Berdua mengerjakan semuanya, Lina teringat ada orang tuanya yang bahkan belum ada menelepon untuk sekadar bertanya tentang cucunya. Di saat orang lain hanya duduk manis di kamar sembari menunggu bayinya, kerabat dan orang tua yang menyiapkan semua keperluan syukuran, Lina justru harus menerima nasib mengerjakan hanya berdua dengan sang suami.

Lihat selengkapnya