Awal semester baru telah di buka. Hani resmi memulai hari pertamanya sebagai siswi sekolah menengah atas. Gadis itu sekarang sudah menginjak usia 15 tahun. Anak kecil dengan rambut kepang dua yang terus meremas pakaiannya di depan panti asuhan itu sekarang telah menjelma sebagai gadis cantik jelita. Rambut gadis itu lurus terurai senada dengan kulit putih susunya yang mengkilap di bawah pancaran sinar matahari pagi, membuatnya dengan cepat menjadi siswi mencolok incaran kakak kelas di hari pertamanya masuk sekolah.
"Lihat deh, di kelas sepuluh ada anak yang cantik banget."
"Iya, cantik. Tapi sayang jutek banget."
Para siswa lelaki kelas dua belas dengan kompak bergerombol di kantin, membicarakan soal anak baru di kelas sepuluh yang katanya 'cantik' namun judes setengah mati.
Siapa lagi yang mereka maksud kalau bukan Hani.
"Udah bukan jutek lagi, tapi galak. Hati-hati kalau ada yang mau deketin dia." ujar Alan yang datang dengan satu nampan penuh roti menghampiri teman-teman sekelasnya yang masih sibuk membicarakan Hani sambil tertawa kecil. Dari tadi teman-temannya ini bukannya sibuk membicarakan Hani, bukannya menikmati jam makan siang mereka dengan damai.
"Kok kamu tahu sih, Lan. Kamu kenal ya sama dia?" celetuk salah satu teman Alan.
"Iya, Lan. Aku lihat kamu datang tadi pagi sama dia. Jangan - jangan kamu pacarnya si cewek galak itu ya...?"
Alan hampir saja tersedak roti di mulutnya begitu mendengar celotehan teman-teman sekelasnya. Ia memang belum menceritakan kepada mereka perihal hubungannya dengan Hani, tapi candaan mereka yang begitu tiba-tiba ini tetap saja mengejutkannya.
"Masa mereka bilang kamu pacar Kakak, sih? Udah gila ya, mereka." cerita Alan sepulang sekolah kepada Hani yang sibuk membantu Ibu Kepala memasak hidangan makan malam untuk para penghuni panti.
"Bilang aja, gitu. Biar teman-teman Kakak yang sok keren itu nggak sibuk caper ke aku lagi." timpal Hani dengan santainya sambil mengaduk nasi olahan untuk malam ini.
"Hush, Hani. Jangan bilang begitu, ah. Nanti kamu di sekolah susah punya teman." Ibu Kepala dengan cepat menyenggol siku gadis di sampingnya itu, membuat Hani mengerucutkan bibirnya sebal.