Warna Cinta Shepia

Maheera Indra
Chapter #1

Bunda, Kok Gitu?

Juli 1999

Aroma bakaran terhidu Sisilia. Ia menatap jam dinding, “Masih pukul tiga pagi rupanya?” gumamnya dalam hati. Dalam hatinya bertanya-tanya, siapa yang yang membakar, dan apa yang dibakar? Sisilia turun dari tempat tidurnya. Ia khawatir jika terjadi kebakaran. 

Sesampainya di dapur, matanya tertuju pada satu tatakan di atas kompor. “Ah, apa itu?”. Lalu dicobanya membuka tatakan itu. 

“Astagfirullah!” ia menahan suaranya. Bukan hanya suaranya, namun tangisannya juga. Sebuah baju lelaki dibakar bunda. Dan Sisilia tahu betul itu baju siapa. Gegas ia langkah kakinya kembali ke kamar. Takut bundanya tahu.

“Ah, mengapa bunda menjadi begini, ya Allah!” isaknya dalam hati. Sisilia benci dengan kondisi seperti ini. Ia benci kelakuan bunda yang suka ke orang pintar untuk mendapatkan apa yang dia mau.

Sisilia, biasa dipanggil Sisil, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah sejak kepergian sang ayah. Mereka yang tidak diwariskan apa-apa selain pensiun sang ayah, membuat bunda harus bekerja lebih untuk mendapatkan penghidupan. Dengan anak yang semua usia sekolah, pastinya bukan hal yang mudah, apalagi pendidikan bunda hanya sampai tingkat lanjutan pertama. Tak jarang ada beberapa lelaki yang datang ke rumah dan memberikan mereka uang jajan. Mau tidak mau Sisil dan adik-adiknya menerima. Namun, tak jarang, Sisil membuang uang yang diberikan dari oom-oom yang datang itu, dengan imbas dia harus jajan seadanya di sekolah. Terkadang Sisil malu dengan Radon, anak teman bunda yang ngekos di rumah. 

 

***

“Kak Sil, bangun Kak!” Sisil tersentak. Suara khas adik perempuannya membuatnya terbangun. Hal yang sudah biasa terjadi setiap pagi. Rebutan kamar mandi hingga yang mencari sepatu bagian yang kiri. 

Dari cermin dilihatnya matanya bengkak. “Semoga tidak ada yang tahu kalau tadi malam aku menangis!” pintanya dalam hati. 

Sisil lalu mandi dan melaksanakan salat subuh yang terlambat. Ya, ini Sisil selalu merasa ada yang kurang jika tidak salat subuh sebelum berangkat sekolah. Satu-satunya hal yang ia yakini untuk menjadi sukses adalah bermimpi, berdoa, dan berjuang.

Selesai salat, ia lantas menyiapkan kebutuhan sekolah adik-adiknya. Di saat bunda sibuk menyiapkan sarapan, Sisil sudah harus selesai merapikan pakaian adik-adiknya yang masih sekolah di tingkat dasar.

Mereka berempat akan keluar dari rumah setelah sarapan. Bunda akan bekerja, kedua adiknya pergi dengan tukang ojeg, sementara Sisil akan pergi dengan jalan kaki bersama dengan teman-temannya. Baginya pergi sekolah dengan berjalan kaki ke simpang perumahan sungguh terasa menyenangkan. Naik angkot juga suatu kegembiraan, terlebih angkot satu-satunya transportasi yang terjangkau untuk anak SMP seperti Sisil. 

***

 Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1 Batas Kota pagi ini riuh. Semua orang sedang bersiap-siap untuk mengikuti upacara bendera. Masing-masing sudah berdiri di barisan yang telah ditentukan. Sisil yang baru sampai di kelas pun dengan cepat langsung menuju barisan kelasnya. Kelas tiga tingkat akhir di seragam putih dongker.

 Namun, sial, ia bertabrakan dengan Balza.

 "Aduh, hati-hati dong!" Seorang siswa laki-laki terjatuh. 

"Maaf, maaf enggak sengaja!" kata Sisil sambil berlari menuju barisan kelasnya itu.

 Posisi Sisil tentu sudah di barisan belakang. Tapi ternyata ia juga sejajar dengan barisan cowok di kelas sebelah.

"Apaan lu, lihat-lihat?" kata Sisil sambil melotot.

Balza membalas dengan menarik bibir ke kanan dan ke kiri, lalu menaik turunkan alisnya.

 Muka Sisil sewot, tapi hati tertawa. “Lucu juga tuh anak!” 

 Upacara berjalan dengan hikmat. Setelah bubar Sisil langsung masuk ke kelasnya. Dibuka pelajaran yang akan diikutinya hari ini. Sisil anak yang rajin. Selalu berada dalam urutan lima besar. Pelajaran kesukaannya itu adalah matematika. Terkadang ia pun dijuluki dengan otak kalkulator. Teman-teman Sisil memang lebai, padahal menghitung uang saja sering salah. Ongkos angkot yang biasanya lima ratus perak, sering dia bayar dengan uang receh dua ratus perak. Hahaha., ini sih memang kebiasaan yang tidak baik ya, jangan ditiru.

 "Sisil..." teriak Rida ketika Sisil baru dari ruang guru mengambil absensi kelas.

 "Apaan sih kamu, Da? Mentang-mentang pagi, semangat nya begitu amat." balas Sisil.

 "Heemm yang punya teman baru, cakep... Kenalin dong ke aku... Kali aja ada jodoh" rengek Rida.

 "Hei nyadar! Itu rok masih warna dongker. Belajar yang baik sana. Ingat ingat rumus geometri. Jangan jodoh yg dipikirin. Lagian emang temen yang mana sih yang kamu tanyain?" tanya Sisil heran.

Lihat selengkapnya