Warna Cinta Shepia

Maheera Indra
Chapter #2

Ilalang

Pembelajaran hari ini dimulai dengan pretes fisika. Beberapa siswa mengeluh karena harus ada ujian di pagi hari, walaupun tidak sedang musim ujian. Namun tidak dengan Sisil. Sisil anak yang rajin. Dia sangat suka dengan pelajaran yang berbau hitung-menghitung. Bahkan berapa langkah yang harus dia lakukan hingga ke sekolah pun dia hafal. Hanya berhitung tentang uang saja yang ia kurang paham, padahal salah satu cita-citanya adalah menjadi ahli akuntansi di perusahaan bonafit.

 “Sisil, jangan lupa kasih tahu nanti jawabannya ya?” kata teman-temannya, baik yang di kiri, di kanan, di muka, dan di belakang sambil memberikan Sisil, beberapa gorengan. Tuh, kan temannya, sudahlah tidak bisa mengerjakan dengan mandiri, bakat sogok menyogoknya sudah kelihatan. Tetapi apa daya, Sisil yang uang jajannya pas-pasan terang saja menerimanya.

“Ih, dasar, calon mafia kalian, hahahaha, masih kecil udah berani nyogok!” kata Sisil pada teman-temannya sebelum ujian dimulai.

Dan seperti biasa. Sisil selalu berbaik hati tidak melarang temannya menyalin apa yang dia jawab. Jadilah satu kelas jawabannya sama.

 Bel istirahat berbunyi. Sisil dan geng hendak ke kantin. Namun, Rida memanggilnya.

“Sil, Sil tunggu dulu! Gimana, Sil yang kemarin?”

“Apanya yang kemarin?” tanya Sisil.

“Sudah kamu sampaikan belum salam aku ke Balza!” kata Rida.

 “Oh, itu, entar aku sampaikan!” kata Sisil menyusul temannya pergi ke kantin.

Ramainya kantin kali ini membuat bangku pengunjung terlihat penuh. Beruntung Mela, Yana, dan Rini sudah mengambilkan tempat buat Sisil duduk. Mie instan dengan racikan tangan penjaga kantin, mengundang selera. Sedang ia makan, tiba-tiba Balza datang membawa makanannya duduk di samping Sisil.

“Ih, apaan sih, Balza, kan banyak itu tempat lain? Kenapa juga nyosor terus ke aku!” kata Sisil kesal.

“Udah penuh bangkunya, ini masih ada sedikit, geser dulu!” kata Balza.

Mau tak mau Sisil menggeser badannya. Selesai makan, Sisil hendak berdiri. Namun, tangannya ditarik oleh Balza. “Tunggu!” cegahnya.

“Ih, apaan lagi sih!” Sisil melepaskan tangannya dari Balza.

“Coba dulu, aku dikenalin sama teman-temanmu ini!” kata Balza.

“Oh, ya ini, Rini, ini Mela, dan ini Yana, sudah? Rin, Mela, dan Yana, ini Balza, tetangga di kompleks Bukit Mutiara! Puas?” kata Sisil ke Balza.

Balza bersalaman dengan ketiga teman Sisil itu. Lalu Sisil mengajak temannya lagi ke kelas, meninggalkan Balza.

“Sil, Sil, tunggu kenapa?” kata Balza.

“Bal, dengerin ya, di sekolah ini siswanya hampir seribu, kenapa sih, ikut ke aku terus, pagi jumpa kamu, di sekolah jumpa kamu, terus nanti pulang jumpa kamu, habis tidur siang jumpa kamu lagi!” kata Sisil sewot.

“Iya, iya, ini juga mau ke kelas, cuma malas saja melangkah sendiri !” kata Balza santai.

Jarak kantin ke ruangan yang berjarak sekitar 50 meter itu dilewati mereka dengan suit-suitan dari anak-anak cewek.

“Cie, cie, Sisil, kawan barunya kenalin dong!” kata cewek-cewek lain kelas. “Apa-apaan ini? Sepertinya seantero sekolah minta dikenalin pada Balza!” kata Sisil dalam hati. Akhirnya Balza dan Sisil berpisah di kelas masing-masing.

“Wah, cakep juga temanmu itu, Sil” kata Rini setelah masuk kelas.

 “Ah, masa’?”

 “Iya, aku mau lah jadi pacar dia?” kata Mela diakhiri dengan tawa.

 “Oh, ya, tadi Rida juga kirim salam buat dia loh!” potong Sisil.

 “Ya, sudah, selesaikan saja salam Rida ke Balza dulu, siapa tau Balza suka juga dengan Rida!” kata Mela pasrah.

***

Dalam perjalanan pulang, Sisil menyampaikan pesan Rida. Balza langsung bilang salam balik. Bahkan kalau Rida mau, bolehlah jadi teman dekat spesial katanya.

 “Ah, dasar playboy biru dongker baru dititipi salam sudah mau pacaran saja!” kata Sisil pada Balza.

 “Hem, besok kenalin ya, aku tahu kok dia, dia yang duduk di depan kamu kan?”

 “Ih, kamu suka ngintip kelas aku yah? Jangan-jangan kamu ada naksir orang di kelas aku?” kata Sisil lagi.

 “Hem, nanti kalau sudah waktunya aku kasih tahu, sekalian comblangin ya, sekarang Rida aja deh dulu!”

 Jujur Sisil merasa mau tertawa dengan teman barunya yang satu ini. Kepedean banget sih. Sepertinya berkawan dengan Balza enggak ada ruginya juga. Anaknya lucu dan kalau senyum manis. Lama-lama Sisil yang buluk, yang kalau pakai baju warna putih ke kuning-kuningan karena air di rumah berkarat, rambut keriting, bahkan panggilan kesayangannya Kiting, bakalan dikenal seantero sekolah.

 ***

Sepertinya gayung bersambut. Rida juga tak malu-malu untuk memulai perjalanan cinta monyetnya itu.

 “Jangan bilang ini cinta monyet, ya, Sil, aku bisa kok serius sama dia!” kata Rida.

“Ya, ya, bukan cinta .... monyet, tapi cinta manusia!” kata Sisil lagi.

Lihat selengkapnya