14 Februari 2000
Hari ini di sekolah heboh dengan kata valentin. Teman-teman banyak yang bertukar-tukaran kado. Tak terkecuali dengan Sisil dan komplotannya.
"Sil, kamu lihat Balza, enggak?" tanya Mela di sela-sela sibuknya membuka hadiah dari mereka berempat.
"Tadi sih pergi bareng, cuma sekarang enggak tau, tuh!" jawab Sisil membuat raut muka Mela berubah.
"Kenapa, Mel?" sambung Sisil.
"Enggak, cuma mau ngasih coklat saja!" kata Mela lagi.
"Oh, ya sudah. Nanti kalau aku jumpa dengan aku kasih tahu ke Balza ya. Cup, cup jangan nangis dong, Mela!" rayu Sisil.
Yana dan Rini yang melihat menjadi tertawa dengan tingkah Sisil. Tentunya aktivitas membicarakan Balza itu jika tidak ada Rida di sekitar mereka.
Saat hendak menunggu angkot untuk pulang sekolah, barulah Balza kelihatan.
"Mela, itu Balza!" kata Sisil sambil melambai-lambaikan tangan ke Balza.
Balza pun menghampiri. Lalu mengajak Mela menjauh. Tampak Mela memberikan coklat buat Balza. Balza menerima saja, namun tidak memberikan apa-apa.
"Ah, katanya sayang, tapi hari kasih saying malah nggak ngasih apa-apa sama pacarnya! Terlalu juga si playboy kelas teri ini" kata Mela dalam hati.
"Kami tinggal, atau kami tunggu, nih!" tanya Sisil dengan sedikit berteriak.
"Iya, tunggu sebentar!" jawab Balza dengan berteriak pula.
"Biarkan saja mereka dulu. Kita belakangan saja!" ajak Mela.
"Nggak usah, Mela. Kita barengan saja, pulangnya. Kasihan Sisil, harus jalan sendiri!" ini alasan yang harus selalu dimaklumi oleh Mela.
"Kamu nggak mau nganterin aku?" tanya Mela.
"Bukan nggak mau, kata kamu kalau kamu ketahuan pacaran sama ayah ibu, kamu bakalan dikawinkan. Kamu mau dikawinkan masih muda begini!" kata Balza.
Mela hanya menggeleng, lalu mereka masuk ke angkot yang sama dengan Sisil.
Malam ini Sisil tidak Ingin mengerjakan apa-apa. Ia cuma ingin memandang langit yang telah gelap dan bertabur bintang-bintang.
Setelah solat isya, ia duduk di teras depan rumahnya. Ia merangkai pola-pola bintang seperti yang diajarkan pak Sukirno waktu ia duduk di sekolah dasar. Ada segugud bintang yang benar-benar menarik perhatian Sisil.
"Woi, melamun saja!" tepukan tangan Balza mengejutkan Sisil.
"Ah, kamu, kenapa malam begini ada di sini? Apa tidak ingin berjumpa seperti yang lain?" tanya Sisil.