Warna Cinta Shepia

Maheera Indra
Chapter #13

Shepia

Getek menyebrang dengan sempurna. Empat remaja itu lalu turun. Balza menuntun ke tiga temannya itu turun dengan hati-hati.

Ya, hari ini Balza mengajak Sisil dan yang lain ke rumahnya. 

"Hem, kalian coba jalan ke sana ya. Di sana ada pohon yang rindang. Aku mau cari jajanan. Sama bawain nasi dulu. Kita duduk di sana nanti!"

 Seketika melihat hamparan pasir yang banyak, Sisil bersorak. Mela dan Manda tersenyum melihat tingkah Sisil.

 Sisil melepaskan sandalnya. Ia lalu menari-nari di atas pasir. Sesekali ia akan berlari ke bibir sungai.

 "Wah, aku baru tahu ada sungai yang punya pantai di kota ini!" kata Sisil sambil memainkan pasir yang ada di sana.

 "Hem, kampung ku ini suatu saat akan terkenal, Sil!" kata Balza lalu membentangkan tikar dan beberapa makanan di atasnya. Ia dibantu dengan temannya untuk membawakan keperluan tiga teman wanitanya ini.

 Pemandangan yang masih asri menambah mood baik Sisil hari itu. Ia mulai melupakan permasalahan dengan ibunya yang terjadi pagi tadi. Barisan pohon karet berjajal di pinggiran sungai ini.

 "Hah, biasanya yang ada di pinggir wilayah berpasir itu, pohon kelapa, ini malah pohon karet!" Sisil tertawa ke arah Balza.

 Deretan pohon sawit lebih banyak di seberang tempat mereka meninggalkan motor tadi. Pantas sungai ini warna airnya semakin coklat.

 Tak lupa juga ia mengajak temannya itu untuk makan bersama dengan kami.

"Kata masyarakat di sini sih, pulau ini mau dipercantik lagi. Terus nanti kalau sudah cantik akan diberi nama, Pulau Cinta!" sambung Balza lagi.

 "Wah, nama yang bagus, mungkin di sini banyak yang jatuh cinta, makanya di buat namanya Pulau Cinta!" kata Sisil lagi.

 "Bisa aja kamu, Sil! Udah yuk, makan lagi!" kata Balza.

 "Wah, sepertinya enak sekali ya!. Iya, tadi pagi ibu ku ke kompleks, jadi aku bilang mau bawa kalian ke sini. Jadi, waktu kita jemput Mela terkejar kan, untuk masaknya!" kata Balza.

 "Masakan ibumu enak sekali, Balza!" puji Sisil..

"Iya, Sil. Makanya kalau aku rindu aku bakalan pulang. Enggak sampai sepuluh menit pun ke rumah." kata Balza lagi.

 "Besok-besok kalau kamu pulang, aku ikut ya!" kata Sisil.

 "Ih, Sisil, yang jadi pacar siapa, yang diajak siapa!" ledek Mela.

 "Iya, iya, nanti kita berempat lagi ke sini!" Sisil lalu menyudahi makannya, selain kenyang ia sepertinya sudah mengantuk.

 Balza menikmati suasana di pasir bersama dengan Mela.

 "Kamu enggak cemburu, Manda?" tanya Sisil pada Manda yang dari tadi mengamati dua orang yang berjalan mesra menyisir pasir-pasir yang ada di tepi sungai itu.

 "Tadinya sih, iya, lalu aku mulai terbiasa dengan keadaan. Lagian aku juga hanya iseng saja pacaran dengan Balza!" kata Manda.

 "Wah, apa itu kamu ada bakat jadi shepia yang kayak lagi es o tujuh itu?" tanya Sisil dengan polos.

 "Kamu enggak ada cowok gitu, Sil? nanya Mulu?" tanya Manda.

 "Cowok sih tidak, tapi apa ya, aku tuh suka dengan perhatian dia ke aku, suka becandanya dia ke aku, tapi dia punya pacar kemarin. Aku juga merasa jadi shepia saat bersama dia, Man!" kata Sisil.

 "Serius, kamu ada yang memerhatikan di sekolah kamu?" tanya Manda penasaran.

 "Iya, bahkan dia mau ke rumahku dengan berjalan kaki dari simpang kompleks ke rumah aku, terus kalau pulang, bayangin saja, rumahnya ke arah Utara, namun dia bela-belain ke arah Selatan cuma mau nemenin aku naik bis kota. Ah, entahlah, kadang aku bingung dengan perasaannya sama aku itu seperti apa?" kata Sisil.

 "Ih, besok kenalin ke aku ya, siapa tahu aku udah bisa lihat gelagatnya." kata Manda turut bahagia mendengar temannya itu mulai puber.

"Siap, tapi jangan sampai tahu Balza ya?" kata Sisil.

 "Kenapa?" tanya Manda penasaran.

Lihat selengkapnya